CEWEPHOBIA
by Arry Risaf Arisandi
Penerbit GagasMedia
Penyunting oleh Windy Ariestanty
Desain sampul oleh Jumanta
Cetakan ke-3; Oktober 2005; 394 hlm
Rate 4 of 5
Tiga orang mahasiswa─Willy, Tachi dan Zacky─ divonis menderita
cewephobia. Mereka bertiga memang memiliki ketakutan berlebihan terhadap cewek.
Cewek menanyakan jam, mereka kencing berdiri. Cewek bilang terima kasih, mereka
kencing berlari. Dengan kondisi seperti itu, mana mungkin mereka bisa punya pacar,
padahal mereka sangat merindukannya.
Dengan dalih ingin menolong
teman-temannya, Sonny─seorang
cowok kaya bertampang indo─
menawarkan terapi penyembuhan. Terapinya sangat sederhana, mereka hanya harus
mengucapkan manteranya: “cewek itu macan, tapi gue pawangnya.” Tak
tanggung-tanggung, macan yang harus mereka jinakkan adalah Amel, Tiara dan Maya─tiga orang bintang
kampus yang tak tersentuh.
Ketika Willy, Tachi dan Zacky
akhirnya bisa sembuh dari cewephobia, Sonny membuka kartunya kalau dia sendiri
menderita phobia yang sama. Sekarang giliran mereka menolong Sonny dengan
memberinya terapi dan mengantarkannya ke pelukan Shinta.
***
Aku gak berhenti ketawa pas baca novel gokil ini, tapi
mendekati ending ─sama seperti pendapat reviewer lainnya─ aku merasa biasa aja. Awalnya sih
aku gak ingin sependapat dengan mereka, soalnya (sumpah!!) novel ini lucunya
gak tanggung-tanggung. Aku yang bisanya pelit senyum + pelit ketawa, bisa
ketawa Cuma baca novel ini. Bahkan aku gak terasa sudah sampai di halaman terakhir
karena menikmati buku ini.
Cerita ini lebih menceritakan gimana petualangan Willy, Tachi
dan Zacky untuk merebut perhatian tiga bintang kampus dan menjadikannya sebagai
cewek mereka. Dan ini semua adalah ide Sonny, sang cowok sempurna yang prihatin
dengan ketiga sahabatnya.
Ternyata si tampan bernama Sonny, si
jangkung murung itu Zacky dan si penjahat dalam film India dipanggil Tachi. – hal 6
Di awal diceritakan tentang asal muasal kenapa masing-masing
tokoh utama, menjadi takut kepada cewek. Selanjutnya perjuangan mereka dan
akhirnya bagaimana perjuangan itu berakhir. Apa dengan keberhasilan atau
kegagalan. Sonny sebagai pencetus ide dan bertugas sebagai terapis ketiga
teman-temannya memodali mereka dengan dukungan moril dan materi.
Zacky, Willy dan Tachi termasuk
kategori cowo yang gugur sebelum melangkah. Tapi Sonny akan menentang hukum
alam. Tiga pawang macannya akan terus didorong sampai ke seberang jalan. Tak
peduli walau yang sampai di seberang jalan nanti hanya mayat. – hal 24
Aku suka dengan gaya penulisannya. Cara penyampainnya lucu
dan beda dengan novel-novel biasa. Bahkan kalimat yang biasa aja, bisa disusun
menjadi paragraf yang punya makna lucu. Pokonya aku suka gaya tulisnya. Terasa
menyatu dengan pembaca. Tidak perlu diksi berlebihan atau kata-kata kiasanya
yang berlebihan untuk menganggap buku ini berisi komedi yang pintar.
Trus apa isinya sepintar cara penulisannya?
Aku yang lahir di lingkungan syariat islam yang taat, agak
terperangah juga membaca novel ini. Karena novel ini memuat betapa vulgarnya
kehidupan remaja-remaja di kota besar. Emang sih tidak semua, Cuma pasti
penulis menuliskan itu ada gambaran yang dia tangkap.
Isinya sih (menurut aku) lebih terkesan menyindir kaum cewek
yang hanya melihat cowok dari fisiknya saja, kalau gak dari fisik ya pasti dari
materi yang ia punya. Dan cowok yang tidak kalah brengseknya yang hanya
memikirkan bagaimana bisa meniduri ceweknya. Disini, ketiga tokoh utama yang
memiliki fisik dan kantong jauh di bawah standar cewek-cewek manapun memiliki
impian setinggi langit untuk mendapati cewek cantik. Sampai-sampai Willy,
menolak cewek jelek bernama Mirna yang dikenalkan oleh Amel. Padahal dirinya
sendiri punya banyak kekurangan.
Bukan hanya menyindir cewek atau cowoknya aja, tapi novel ini
juga menyindir orang tua. Ingat! Anak-anak adalah penonton dan peniru sejati,
jadi bila mereka memiliki sifat-sifat yang tidak pantas, coba bercermin dulu
pada diri sendiri.
Perasaan aku juga diaduk-aduk membaca novel ini. Aku tidak
suka perilaku Tachi, kesombongan Willy dan kepengecutan Zacky. Aku juga tidak
suka dengan ketiga tokoh “macan” yang harus mereka taklukan. Intinya di dalam
buku ini tidak ada satupun tokoh yang aku suka, anehnya aku menikmati buku ini
sampai senyum-senyum kayak gak waras wkwk ...
Sekarang aku akan ngebahas ending, yang menurut reviewer lain
(baca di goodreads) biasa aja. Aku setuju! Setuju sekali malah. Rasanya penulis
memang tidak ingin menuntaskan novel ini, malah hanya menimbulkan pertanyaan
gimana selanjutnya.
Tapi disisi lain, aku rasa endingnya memang harus berakhir
disitu, karena kalau nurutin keinginan pembaca, novel ini gak bakal ada
habisnya, dan bakal terus menjauh dari judulnya, yaitu cewephobia. Karena
Willy, Tachi dan Zacky sudah terlepas dari penyakitnya, bahkan mereka memulai
mengejar cewek-cewek baru. So, intinya endingnya memang harus seperti itu. Tapi
aku tetap ngerasa endingnya biasa aja, gak nyangka akan bikin aku lesu baca
endingnya hehe.
Secara keseluruhan, aku menyukai novel ini. Pembelajarannya
memang gak terang-terangan dituliskan, Cuma sebagai pembaca dewasa kita pasti
mampu menerjemahkan makna tersirat itu.
Buku ini aku sarankan hanya untuk pembaca berumur 20+. Karena
meski genre komedi, banyak hal-hal yang tidak patut dibaca oleh remaja. Selain
itu (takutnya) karakter Willy, Tachi dan Zacky menjadi contoh yang tidak baik
bagi remaja-remaja. Karena aku sendiri pun tidak suka dengan karakter mereka. So bijaklah membeli dan membaca buku.
Sampai jumpa di review selanjutnya ^^
***
Tulisan ini diikutsertakan dalam:
wahhhh bagus banget nih review bukunya.... keren... pengen baca keseluruhan jadinya... penasran...
BalasHapus