Senin, 13 Juni 2016

[Review Buku] Heart ot the Matter - Emily Giffin

Heart of the Matter
by Emily Giffin
Penerbit Esensi
Penerjemah Isthi P. Rahayu
Editor FR Uli Haloho
Rate 4 of 5

Apakah sebuah pengkhianatan terhadap sumpah cinta yang disakralkan pantas diampuni?
Setiap orang yang menginginkan cinta, pastilah mendambakan kebahagiaan. Namun, bolehkah suatu sumpah sakral dikhianati karena salah satu pihak merasa tidak menemukan kebahagiaan? Lalu, bagaimana pula dengan seseorang yang mencari kebahagiaan cinta lewat pengkhianatan?
Tessa Russo adalah seorang istri dan ibu yang berjuang keras untuk mengurus rumah tangganya. Suaminya, Nick Russo, adalah seorang pria yang tampan dan terkenal sebagai ahli bedah yang andal. Situasi rumah tangga mereka sedang terasa tidak nyaman, begitu pula situasi mereka terhadap satu sama lain. Nick merasa tuntutan pekerjaan dan kewajibannya di rumah saling bertentangan, sedangkan Tessa berharap Nick akan berperan lebih banyak di dalam rumah tangga mereka.

Namun, pada suatu malam, sebuah kecelakaan membuat jalan hidup mereka bersimpangan dengan seorang wanita lain: Valerie Anderson. Ia adalah wanita kesepian dan orang tua tunggal bagi seorang anak yang tidak pernah mengenal ayahnya.
Sejak itu, kehidupan ketiga orang itu tidak lagi sama. Ada cinta yang diuji, ada sumpah yang dilanggar, dan ada aturan yang diabaikan. Namun, apakah cinta akan mengatasi segalanya? Kita kembalikan pada hakikatnya
Tessa merasa kehidupannya sudah sempurna. Memiliki dua anak, Ruby dan Frank, memiliki suami yang tampan dan pekerjaan yang sangat mengagumkan serta membanggakan, yaitu dokter spesialis bedah terkenal. Lika-liku pernikahan dan lelahnya mengurus anak sekali-kali tidak pernah lepas dari kehidupan Tessa, tapi ia yakin dirinya dan Nick bisa melewati itu. Sayangnya, terkadang Tessa merasa jauh dari suaminya. Tuntutan pekerjaan yang membuat Nick harus pulang larut malam, sehingga Tessa dan Nick jarang terlibat obrolan yang santai. Membuat jarak yang tidak terlihat di antara mereka. Tessa tidak khawatir, ia tahu ini adalah fase-fase dimana pernikahan yang sudah berjalan tujuh tahun.
Jika terkait hal-hal yang paling penting dalam hidup, seseorang tak pernah bisa yakin sepenuhnya. – hal 40
Dia berharap dulu berusaha lebih keras mencari Lion. Ia berharap anaknya mempunyai seorang ayah, berharap mereka tidak begitu kesepian. – hal 50
Velarie, single parent yang cantik, kesepian serta putus asa dan memasang tameng yang tebal di sekeliling dirinya serta putranya, Charlie, membuat Velarie tidak pernah memiliki teman yang bisa ia ajak berbagi cerita. Hanya Jason, saudara kembarnya yang memahami dirinya seutuhnya. Dan Velarie tidak membutuhkan orang lain. Suatu kecelakaan menimpa Charlie, wajahnya dan sebagian tubuhnya terbakar dan ia di larikan ke rumah sakit. Velarie putus asa, menyalahkan dirinya sendiri dan terus saja berdoa semoga anaknya baik-baik saja. Dan dokter yang menangani Charlie adalah Nick, suami Tessa. Velarie tidak bisa untuk tidak mengagumi ketampanan Nick meski anaknya sedang kritis. Tapi sekaligus ia bersyukur, bahwa dokter hebat seperti Nick akan menyembuhkan anaknya. Sayangnya, Nick bukan hanya menyembuhkan Charlie, tapi ia ikut terlibat membunuh rasa sepi yang di derita Velarie.
“Kadang hal buruk terjadi begitu sajabahkan pada orang-orang yang sangat baik.” – hal 93
Sementara itu, di lubuk hati ia bersedia memberi seluruh waktu untuk Nick. – hal 109



My Review

Ini kali pertama aku membaca novel terjemahan dengan tema pernikahan. Konfliknya sederhana pula, yaitu perselingkuhan. Hasilnya aku gemas dan pengen nelanjangin cewek nggak tau malu bernama Velarie dan mengebiri Nick di depan umum. Aku cukup benci dengan perselingkuhan. Rasanya aku punya 1001 ide kejam dan mengerikan untuk membuat para perselingkuh itu kapok *sisi psikopatnya muncul keke~

Dari emosi yang tercetak jelas di atas, cukup lah sebagai penjelasan bahwa aku memang menikmati novel ini. Apalagi dari awal membaca ini, aku tidak memasang ekspetasi yang tinggi bahwa ceritanya akan penuh konflik yang berliku serta sulit di selesaikan. Akhirnya, memang berhasil perasaan aku campur aduk.


Alur

Alurnya menurut aku pada porsi yang sangat-sangat pas. Tidak terlalu lambat dan tidak terlalu cepat, apalagi alurnya konsisten hingga novel ini berakhir sehingga tidak terlihat seperti ending yang di paksakan. Kenapa aku katakan pas? Karena tebal novel ini hampir 450 halaman, dengan konflik sederhana perselingkuhan. Ngebayangin nggak apa aja isi novel setebal itu dengan konflik sesederhana itu? Makanya aku katakan sangat menikmati setiap halaman dari novel ini.


Karakter

Karakter juga sangat beragam. Aku suka sekali gambaran karakter yang begitu kuat dan di tonjolkan oleh penulis dalam novel ini. Karena sudut padang berganti antara Tessa dan Velarie di setiap bab-nya, maka nggak akan sulit membedakan kedua karakter tersebut. Velarie yang tegar tapi rapuh, dan Tessa yang tangguh. Velarie yang menolak semua orang untuk mendekatinya, sedangkan Tessa menerima siapa saja yang mencoba berteman dengannya.

Selain Tessa dan Velarie, ada tokoh pendukung yang memiliki karakter yang beragam. Seperti April, Cate, Jason dll. Dan kehadiran mereka sangat-sangatlah menonjol walaupun Cuma pendukung.

Anehnya, malah Nick yang kurang mendapat porsi untuk menjelaskan karakternya. Karakter dia hanya bisa aku simpulkan dari percakapan para tokoh yang lain. Misalnya, Nick yang lebih suka menyerahkan urusan rumah tangga sepenuhnya pada Tessa. Dalam artian, ia tidak mau ikut terlibat untuk hal-hal remeh yang terjadi dalam keluarga. Contoh aja saat terjadi perdebatan antara Tessa dan Ruby dalam pemilihan kostum hallowen yang digunakan. Atau jajanan sehat yang harus Tessa bawa untuk acara di sekolah anaknya. Hal yang paling aku benci dari laki-laki berselingkuh adalah ketika ia merasa semua yang di kerjakan istrinya tidak benar di matanya.
“Mmm. Tak tahulah. Mungkin karena kau membuat suasana di sini begitu tidak nyaman.” – hal 188



Konflik

Nah ini yang bikin greget setengah mati. Pas Nick terpesona sama kerapuhan Velarie, dan Velarie terpesona sama ketampanan serta memuja Nick karena menyembuhkan anaknya. Nick rela ninggalin acara keluarga bersama Tessa dan anak-anak demi bisa bersama Velarie dan Charlie. Ya TUHAN!! Pengen aku sembelih hidup-hidup tu orang.
Untungnya, aku tidak membuat janji apa-apa pada Frank atau Ruby, aku sudah tidak melakukannya lagi sejak belajar bahwa berjanji itu cukup beresiko. – hal 181
Karena ini diceritakan dari dua sudut pandang, aku jadi lebih memahami Tessa yang berusaha mati-matian bahwa ia bisa mempercayai Nick. Bahwa ia percaya Nick berubah karena kesibukannya di rumah sakit. Tessa berusaha percaya Nick tidak akan pernah selingkuh meski hubungan mereka menjadi dingin. Bukan hanya Tessa yang mempercayai Nick, tapi seluruh orang-orang terdekat Tessa yakin kalau Nick adalah laki-laki setia.
“Sungguh... tapi satu hal yang kupelajari dari hidup adalah kau tidak bisa berkata tidak pernah.” – hal 126
Hal yang menyakitkan dari sudut pandang Tessa adalah hancurnya semua bangunan kepercayaan itu. Hingga ada adegan yang menggambarkan Tessa tidak menangis saat ia mengetahui Nick berselingkuh. Asli, bagian ini bikin aku nyesek!!

Dari sudut pandang Velarie. Aku bisa merasakan kenapa ia begitu terpesona oleh Nick. Velarie yang rapuh butuh laki-laki yang menopang kehidupannya. Charlie butuh sosok seorang ayah yang tidak pernah ia temui dari ayah kandungnya. Dan Nick memberikan itu semua. Nick memberikan segalanya, bahkan cintanya pun ia berikan sepenuhnya kepada Velarie. Velarie tidak bisa menyangkal bahwa ada perasaan bersalah terhadap Tessa, tapi cinta Nick membuat Velarie buta dan menikmati itu semua.

Antara ingin menyalahkan Velarie atau tidak. Tapi aku lebih cenderung menyalahkan. Karena perempuan yang mengharapkan cinta sejati dari suami orang tidak lebih dari pelacur jalanan.



Ending

Yang paling aku tunggu dari novel ini adalah endingnya. Hingga lembaran terakhir, aku tidak bisa nebak kemana ending ini akan di bawa. Apakah Nick Tessa bercerai, atau Nick memilih Velarie, atau Nick memilih Tessa dan sebagainya. Banyak spekulasi yang tercipta saat aku berusaha menebak endingnya. Akhirnya aku nyerah dan memutuskan “baca aja sampai habis”

Dan jujur aja, aku cukup puas sama endingnya. Terlepas dari sisi pembelajaran yang bisa aku dapat dari novel ini.


Secara keseluruhan aku pengen kasih novel ini rating 5, Cuma karena aku kurang dapat memahami Nick serta alasannya berselingkuh, membuat aku kurang greget untuk memberikan stempel perfect pada novel ini. Novel ini aku rekomendasikan buat pecinta novel dengan tema pernikahan yang dibalut dengan kisah romantis dan tangisan yang menyayat hati. Cukup mengagetkan ternyata novel ini cukup aman untuk di baca remaja. Padahal tau dong ya, kalau novel terjemahan apalagi label adult gak lepas dari adegan vulgar.

Sampai jumpa di review selanjutnya ^^
“Dia bilang menikah itu seperti pergi ke restoran bersama teman-teman. Kau pesan yang kau inginkan, tapi saat melihat pesanan orang lain, kau berharap tadi memesan yang itu.” – hal 140
***

Tulisan ini diikutsertakan dalam:


G+

2 komentar:

  1. Wah novel terjemahannya bagus mbak, sejauh ini novel terjemahan yang pernah saya baca itu Percy Jackson karya Rick Riordan. Hehe

    Kalau novel yg mbak review ini sepertinya saya pernah lihat di google book deh, hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Xixixi rata2 novel terjemahan emang enak buat kita ikutin jalan ceritanya.

      Nah coba dch baca buku ini. Lumayan asik dan seru :)

      Hapus

Berikan komentarmu disini

 
;