It’s My Solitaire
oleh Maya Lestari Gf.
Penerbit DAR! Mizan
Cetakan ke-1;
September 2005; 240 hlm
Rate 2 of 5
“Kau akan diremukan, Dean! Kau akan diremukkan!”
“kau tak dikehendaki ibumu! Kau tak dikehendaki
sama sekali! Kau anak terbuang!”
Suara-suara itu terus berdatangan.
Semakin lama, semakin banyak. Mereka seperti kelompok okestra yang memainkan
alat musik dengan suara-suara menakutkan. Suara itu memakinya, mencemoohnya,
mengatainya tidak berguna.
“Tidaak..!!!”
Dean benci suara itu. ia benci rumah
sakit, benci orang-orang yang menyebutnya gila. Bahkan, ia benci pada dunia!
Mengapa Dean membenci semuanya? Apa
yang terjadi dengannya? Sanggupkah ia mengusir suara-suara itu? Siapa pula
Julian, sosok cantik yang tiba-tiba hadir dalam kehidupannya?
Dean adalah penderita
skizofrenia. Penyakit itu ia turunkan dari ibunya yang meninggal akibat
kebakaran yang ia sebabkan sendiri. Dean mulai menunjukan gejala-gejala skizofrenia
ketika ia beranjak dewasa sehingga harus di rawat di RSJ, dan yang menangani
Dean adalah tantenya sendiri, Rania.
Ketika Dean menunjukan
tanda-tanda kesembuhan, Dean di izinkan untuk masuk kuliah. Tapi ia mulai malas
minum obat sehingga penyakitnya kadang-kadang sering menganggunya. Dean
memutuskan untuk menulis Diary. Awalnya ia bingung ingin menulis apa, tapi saat
melihat sebuah apartemen yang berseberangan dengan kamar kos-nya, ia memutuskan
untuk mengamati para penghuni kos dan menulis dalam diary.
Berbagai karakter memenuhi diary
Dean. Tanpa terasa, Dean terus menulis dan menulis hingga terkumpulah puluhan
jilid diary tentang apartemen tersebut.
Tapi sesuatu berubah, ketika
seorang pria berwajah cantik datang dan menghuni salah satu kamar di apartemen
tersebut. Satu per satu kehidupan apartemen yang damai itu rusak karena
ulahnya. Dean menyadari itu. ia ingin memberi tahu semua orang. Tapi sayangnya
tidak ada yang percaya.
My Review
Prolog novel ini sangat memikat.
Aku jadi tidak sabar untuk membaca novel ini sampai habis, mengingat jumlah
halaman novel ini pun terbilang tipis. Jadi pasti ceritanya tidak bertele-tele.
Begitulah awalnya perkiraanku.
Sayangnya, aku salah. Kebiasaan
burukku yang selalu menilai suatu buku dari halaman awalnya terkadang membuat
aku kecewa. Hal itu aku rasakan untuk novel ini.
Sebenarnya aku suka gimana Maya
menggambarkan karakter Dean yang begitu hidup. Rasanya Maya berhasil membuat
aku percaya bahwa inilah penyakit Skizofrenia. Dan gimana ide terbentuk saat
Dean memutuskan untuk menulis Diary. Itu aku udah deg deg kan gimana hasilnya
nanti.
Kecewa ketika penulisan diary ini
adalah bagian yang paalllliinnnggg membosankan. Tidak ada yang istimewa, tidak
ada yang bikin bertanya-tanya, dan parahnya Maya memasukan potongan-potongan
informasi ke dalam novel ini seperti di copas (read: copy paste). Maksud aku,
yah aku baca potongan informasi itu kayak aku baca buku super tebal yang
membosankan. Malah aku lompatin informasi-informasi itu.
Grafik kesukaan aku terhadap
novel ini sedikit naik, ketika sosok Julian, cowok cantik misterius, muncul di
apartemen tersebut. Disini Maya berhasil membuat aku mengacungkan jempol untuk
rasa “seram” yang ia ciptakan. Dan lagi-lagi, grafik itu merosot tajam ketika Maya
bertele-tele ingin berlama-lama pada Julian. Endingnya, tidak mengejutkan.
Padahal endingnya ini bisa di setting menjadi lebih kece. Tapi hasilnya,
endingnya standar banget.
Secara keseluruhan, novel ini
seharusnya bagus. Sayangnya, Maya kurang berhasil membawa kenikmatan dari novel
ini untuk dinikmati olehku. Buku ini (mungkin) cocok untuk di baca oleh pecinta
genre psikologi.
Sampai jumpa di review
selanjutnya ^^
***
Tulisan ini diikutsertakan dalam:
0 komentar:
Posting Komentar
Berikan komentarmu disini