Jumat, 15 Juli 2016

[Review Buku] It's My Solitaire - Maya Lestari Gf.

It’s My Solitaire
oleh Maya Lestari Gf.
Penerbit DAR! Mizan
Cetakan ke-1; September 2005; 240 hlm
Rate 2 of 5
“Kau akan diremukan, Dean! Kau akan diremukkan!”
“kau tak dikehendaki ibumu! Kau tak dikehendaki sama sekali! Kau anak terbuang!”
Suara-suara itu terus berdatangan. Semakin lama, semakin banyak. Mereka seperti kelompok okestra yang memainkan alat musik dengan suara-suara menakutkan. Suara itu memakinya, mencemoohnya, mengatainya tidak berguna.
“Tidaak..!!!”
Dean benci suara itu. ia benci rumah sakit, benci orang-orang yang menyebutnya gila. Bahkan, ia benci pada dunia!
Mengapa Dean membenci semuanya? Apa yang terjadi dengannya? Sanggupkah ia mengusir suara-suara itu? Siapa pula Julian, sosok cantik yang tiba-tiba hadir dalam kehidupannya?
Dean adalah penderita skizofrenia. Penyakit itu ia turunkan dari ibunya yang meninggal akibat kebakaran yang ia sebabkan sendiri. Dean mulai menunjukan gejala-gejala skizofrenia ketika ia beranjak dewasa sehingga harus di rawat di RSJ, dan yang menangani Dean adalah tantenya sendiri, Rania.

Ketika Dean menunjukan tanda-tanda kesembuhan, Dean di izinkan untuk masuk kuliah. Tapi ia mulai malas minum obat sehingga penyakitnya kadang-kadang sering menganggunya. Dean memutuskan untuk menulis Diary. Awalnya ia bingung ingin menulis apa, tapi saat melihat sebuah apartemen yang berseberangan dengan kamar kos-nya, ia memutuskan untuk mengamati para penghuni kos dan menulis dalam diary.

Berbagai karakter memenuhi diary Dean. Tanpa terasa, Dean terus menulis dan menulis hingga terkumpulah puluhan jilid diary tentang apartemen tersebut.

Tapi sesuatu berubah, ketika seorang pria berwajah cantik datang dan menghuni salah satu kamar di apartemen tersebut. Satu per satu kehidupan apartemen yang damai itu rusak karena ulahnya. Dean menyadari itu. ia ingin memberi tahu semua orang. Tapi sayangnya tidak ada yang percaya.



My Review

Prolog novel ini sangat memikat. Aku jadi tidak sabar untuk membaca novel ini sampai habis, mengingat jumlah halaman novel ini pun terbilang tipis. Jadi pasti ceritanya tidak bertele-tele. Begitulah awalnya perkiraanku.

Sayangnya, aku salah. Kebiasaan burukku yang selalu menilai suatu buku dari halaman awalnya terkadang membuat aku kecewa. Hal itu aku rasakan untuk novel ini.

Sebenarnya aku suka gimana Maya menggambarkan karakter Dean yang begitu hidup. Rasanya Maya berhasil membuat aku percaya bahwa inilah penyakit Skizofrenia. Dan gimana ide terbentuk saat Dean memutuskan untuk menulis Diary. Itu aku udah deg deg kan gimana hasilnya nanti.

Kecewa ketika penulisan diary ini adalah bagian yang paalllliinnnggg membosankan. Tidak ada yang istimewa, tidak ada yang bikin bertanya-tanya, dan parahnya Maya memasukan potongan-potongan informasi ke dalam novel ini seperti di copas (read: copy paste). Maksud aku, yah aku baca potongan informasi itu kayak aku baca buku super tebal yang membosankan. Malah aku lompatin informasi-informasi itu.

Grafik kesukaan aku terhadap novel ini sedikit naik, ketika sosok Julian, cowok cantik misterius, muncul di apartemen tersebut. Disini Maya berhasil membuat aku mengacungkan jempol untuk rasa “seram” yang ia ciptakan. Dan lagi-lagi, grafik itu merosot tajam ketika Maya bertele-tele ingin berlama-lama pada Julian. Endingnya, tidak mengejutkan. Padahal endingnya ini bisa di setting menjadi lebih kece. Tapi hasilnya, endingnya standar banget.

Secara keseluruhan, novel ini seharusnya bagus. Sayangnya, Maya kurang berhasil membawa kenikmatan dari novel ini untuk dinikmati olehku. Buku ini (mungkin) cocok untuk di baca oleh pecinta genre psikologi.

Sampai jumpa di review selanjutnya ^^

***
Tulisan ini diikutsertakan dalam:


G+

0 komentar:

Posting Komentar

Berikan komentarmu disini

 
;