Beautiful Temptation
by Indah Hanaco
Penerbit Bentang
Pustaka
Penyunting, Laurensia
Nita
Cetakan Pertama;
September 2013; 274 hlm
Rate 4 of 5
“Cinta adalah jalinan timbal balik
antara dua hati yang menyimpan rasa senada ….”
Hubungan kami kurang baik
akhir-akhir ini. Aku masih saja merasa Nathan tidak serius dengan hubungan
kami. Buktinya, Nathan “menyembunyikan” aku dari keluarganya. Namun, Nathan
justru menuduhku terlalu menuntut, bahkan mengira aku sedang memaksanya segera
melamar.
Tristan namanya. Tampan, romantis,
baik hati, dan sangat mencintaiku. Kami bisa bicara banyak hal tentang aneka
masakan sembari menatap bintang-bintang. Namun, aku tidak tahu dirinya. Serupa
langit malam, masa lalu Tristan hanyalah kerlip gemintang.
Renata merasa hubungannya dengan
Nathan hanya lah sekedar main-main belaka. Menginjak dua tahun hubungan mereka,
Nathan sama sekali belum pernah mengenalkan Renata pada keluarga besarnya. Setiap
kali Renata membahas hal tersebut, keduanya akan berakhir dengan pertikaian.
Hingga lama kelamaan, Renata merasa lelah.
Zen, kakak Renata mengambil cuti
dan kembali ke Pematang Siantar untuk berkumpul bersama keluarganya. Zen
berencana membuat pesta kecil-kecilan untuk merayakan berkumpulnya ia bersama
teman-temannya. Dan Tristan adalah salah satu sahabat Zen yang hadir saat itu. Tristan
yang jatuh cinta pada masakan Renata langsung melamar Renata di awal pertemuan
mereka.
“Menikahlah denganku, Rena...,” – Tristan
(hal 19)
Meski Tristan mengaku hanya bercanda saat
mengatakan lamaran itu, nyatanya gerak geriknya menandakan sebaliknya. Ia
menemani Rena saat Rena kesepian dan mengajak Rena mengalami hal-hal luar biasa
yang tidak pernah Rena rasakan dari Nathan. Lama kelamaan
Rena tau ada yang salah dengan
dirinya. Hubungannya dengan Nathan tidak makin membaik, di tambah perasaan
asing yang makin lama makin dalam merasuki Rena.
Jika aku masih punya akal sehat dan
kewarasan. Sudah jelas ada sesuatu yang tidak kumengerti di antara kami berdua.
Sesuatu yang berpengaruh pada stabilitas hatiku. – Renata (hal 72)
Saat Rena sedang bingung dengan
hatinya, Nathan mengajak Rena bertemu dengan orangtuanya. Sesuatu yang selama
ini Rena tunggu.
Sayangnya, kisah bergulir di luar
rencana.
My Review
Setelah banyak baca tulisan mba
Indah Hanaco, baru kali ini emosi sang tokoh utama, Renata, mempengaruhi aku
secara nyata. Entah karena sudah terbiasa dengan tulisan mba Indah, atau memang
novel ini punya sesuatu yang nggak aku dapatkan dari novel mba indah yang
lainnya (bukan karena kebetulan ini adalah hadiah ikutan Reading Challenge
yah). Aku bisa ngerasain gimana perasaan Renata saat Nathan enggan
memperkenalkan dengan keluarganya. Gimana pertemuan Renata dan orangtua Nathan
tidak berjalan mulus dan bagaimana Renata merasa sedih ketika Nathan tidak
berusaha sama sekali untuk membela Renata di depan orangtuanya. Paling suka
adegan Renata bertengkar dengan Nathan wkwk
Mungkin karena latar belakang
Renata yang memperkuat emosi dalam novel ini. Sosok Renata adalah sosok seorang
gadis yang tamatan SMA dan meneruskan usaha katering ibunya. Renata membuktikan
bahwa dengan ijazah SMA ia berhasil meraih kesuksesan dalam dunia kuliner. Sebagian
orang sangat menghormati Rena karena keputusannya itu (Tristan misalnya) dan
sebagian lagi mencela seorang gadis tamatan SMA tidak pantas untuk putra
kesayangannya (Nathan misalnya).
Yah meskipun begitu, ada beberapa
persamaan dengan novel mba Indah yang lain. Karakter cowoknya *ehem* terlalu
lebay menurut aku. Renata juga khas banget anak-anaknya. Rasanya nggak cocok
kalau dia adalah gadis berusia 25 tahun. Adegan cemburunya pun terlalu... (gak bisa jelasin gimana). Dan seringnya pengulangan informasi,
salah satunya jarak kafe de koffie yang bisa di tempuh dengan kaki.
Secara keseluruhan, aku suka
cerita ini. Kisah ini menggambarkan perlu atau tidak perlunya gelar sarjana
adalah dari diri kita. Kalau memang mampu membangun usaha berbekal ijazah SMA,
ayuk lanjutkan. Dan misalnya ingin bekerja di perusahaan yang membuat siapapun
hormat sama kita, kuliah lah setinggi mungkin. Cinta itu menerima. Menerima baik
dan buruknya. Seperti Tristan yang tidak peduli pada pendidikan Rena.
Sampai jumpa di review
selanjutnya ^^
***
Tulisan ini diikutsertakan dalam:
0 komentar:
Posting Komentar
Berikan komentarmu disini