Kadang-Kadang, Aku Pikir Game Ini Hidup
Judul: EREBOS
Judul Asli: Erebos
Penulis: Ursula Poznanski
Penerbit: Noura Books
Penerjemah: Puti Kellermann
Desain cover: Vincen
Cetakan ke-1; Januari 2015; 578 halaman
Blurb
Sesuatu
sedang terjadi. Nick bisa merasakannya, tapi tidak tahu apa. Teman-tema
sekolahnya tiba-tiba berubah—saling berbisiki, menatap sekeliling dengan
waspada—seolah-olah ada rahasia yang tidak boleh diketahui oleh dirinya. Kemudian, satu persatu dari mereka
menghilang.
Dan
kini, sumber segala kejadian itu ada di tangan Nick. Sebuah CD game. Si
pengirim sudah mengingatkan Nick, nyawa jadi taruhannya. Nick tidak peduli, dia
harus tahu apa yang terjadi. Komputernya menyala. Layar mulai menggelap. Sebuah
pemandangan janggal menyambutnya. Dia memasukinya, dibayangi maut, menuju
kegelapan terdalam dari permainan yang mereka sebut... Erebos
Sinopsis
Aku tidak harys mencari
kegelapan. Kegelapan selalu menyelimutiku. Ia mengalir bersama nafasku sebagai
tubuh dari bayanganku. – hal 1
Nick,
merasa Colin berubah. Colin tidak hadir latihan basket, bolos sekolah, telepon
yang tidak pernah di angkat, Colin yang mulai akrab dengan anak-anak yang
sebelumnya tidak pernah ia dekati, bahkan Colin menjaga jarak dari Nick. Nick
juga baru menyadari, bukan hanya Colin yang berubah, tapi beberapa murid pun
mengikuti jejak yang sama dengan Colin, berkumpul berkelompok seolah
mendiskusikan sesuatu yang rahasia. Dan ketika Nick melihat terjadi pertukaran
kepingan CD di antara teman-temannya, ia pun bertanya. Tapi tidak ada satupun
yang bersedia menjawabnya.
Keinginan
Nick untuk mengetahui CD tersebut terkaburlkan saat salah seolah murid
perempuan memberikannya kepada Nick. Dengan syarat Nick hanya boleh membukanya
ketika sampai di rumah, dan jika melanggar akan mendapat masalah. Nick yang
sudah terlajur penasaran menepati aturan tersebut. Ketika Nick mulai
memainkannya, ia terjerat. Ia berambisi untuk meningkatkan kekuatan dan level
dalam permaian tersebut, untuk itu Nick harus melakukan tugas-tugas dari Si Pembawa
Pesan. Masalahnya, tugasnya sesuatu yang berhubungan dengan dunia nyata, dan
ketika Nick berhasil menyelesaikannya, ia mendapatkan level dan hadiah kejutan.
Kaos Hell Froze Over. Kaos yang paling ingin ia miliki.
Masalahnya
bagaimana Erebos tahu? Karena hanya dia dan Finn, kakak kandungnya, yang tahu
hal tersebut.
Kesetian
Nick diuji. Kenaikan tiga level menjadi iming-iming menggiurkan.
Tugasnya
adalah membunuh guru bahasa Inggrisnya, Pak Watson.
“Kenapa dia bisa
menginginkanmu? Jawabannya adalah karena setelah kau menyelesaikan tugas itu,
kau telah membuktikan diri, kau bersedia melangkahi mayat demi Erebos. Atau
masuk penjara.” – hal 469
Review
Aku
kecanduan!!
Ketika
memulai membaca buku ini, aku nggak bisa berhenti untuk lanjut baca dan terus
baca. Yah kecuali kalau udah di ganggu Zayan, baru berhenti haha. Buku ini
benar-benar keren dan menegangkan. Untuk cerita remaja, novel ini ingetin aku
sama karya-karya R.L. Stine. Mampu menciptakan ketegangan lembar demi
lembarnya.
Novel
ini mungkin nggak menampilkan adegan se wow The Hunger Game, atau Maze Runner,
dan andaikan novel ini difilmkan, aku yakin nggak perlu efek maha dahsyat,
kecuali di bagian ketika Nick menjalankan game-nya, karena novel ini lebih
mengfokuskan petualangan Nick di dunia nyata, sedangkan Erebos hanya sebuah
jalan yang harus di lalui Nick untuk mencari tahu kebenarannya.
Kisah
ini tentang petualangan Nick yang mencari tahu keberadaan Erebos, kenapa game
tersebut bisa mengetahui segalanya, mengetahui keinginan pemainnya, mengetahui
mimpi-mimpi pemainnya yang tidak pernah orang lain ketahui dan game tersebut
mampu memberikan jawaban yang masuk akal atas sebuah pertanyaan acak. Nick
makin gencar mencari tahu saat Jamie Cox, temannya yang mencurigai Erebos
berbahaya, mengalami kecelakaan dan hampir menewaskan remaja tersebut. Nick
yakin ini berhubungan dengen Erebos, karena ia pernah mendapat tugas serupa.
Nick tidak bisa mempercayai siapapun, karena peraturan ketat yang ditentukan
oleh Si Pembawa Pesan. Dia selalu tahu jika ada pemain yang melanggar.
Fakta
satu demi satu terkuak. Dan mereka ternganga tidak percaya ketika
mengetahuinya. Ternyata kunci yang memegang misteri ini ada di tangan sahabat
mereka sendiri. Semuanya mulai terlihat masuk akal dan mereka berhasil
mengambil kesimpulan apa tujuan game Erebos ini. Dan Nick berpacu dengan waktu
untuk menghentikan pertarungan besar yang digembar-gemborkan oleh Si Pembawa
Pesan dalam game Erebos.
Uniknya
lagi, keseluruhan game ini merujuk pada mitologi Yunani dan karya-karya
Michelangelo. Disini kita bakal di ajak untuk mengetahui sedikit tentang
sejarah. Tapi tetap dijabarkan dengan menarik.
Pokoknya
novel ini wajib banget jadi bacaan remaja, terutama pecinta fanstasi, novel ini
menjadi hal wajib masuk dalam daftar bacanya. Cara Penulis menjabarkan game
ini, membuat aku berpikir penulisnya adalah seorang cowok maniak game, dan
ketika aku baca profilnya ternyata seorang ibu dari seorang anak.
Ending
novel ini, terbilang biasa aja. Mungkin kalau beberapa novel dengan bergenre
fantasi biasa disuguhkan twist plot, sedangkan novel ini mengambil ending
“lurus” sejalan dengan fakta-fakta dan konflik yang telah dibangun dalam novel
ini.
Kelebihan
novel ini pun novel ini berdiri sendiri, alias nggak berseri. Aku biasanya
selalu nemuin kalau fantasi itu selalu berseri. Jadi ketika Erebos ini tidak
ada lanjutannya, aku tidak ragu memilih ini sebagai bacaan aku.Dan aku nggak
kecewa sama hasilnya.
Pesan
dari novel ini seolah-olah ingin meninju para gamers di luar sana. Bahwa tidak
ada kebaikan sama sekali ketika membiarkan remaja duduk di depan komputer dan
memainkan game sepanjang waktu. Meski game tersebut menawarkan niat baik untuk
para pemainya. Banyak waktu mereka yang hilang bersama keluarga, teman,
pekerjaan sekolah yang diabaikan, dan ketertarikan untuk meninggalkan dunia
nyata cenderung menghampiri pemikiran pecinta game.
“Semuanya begitu
mengerikan.begitu tidak adil, rasanya aku ingin berteriak. Tapi, bukan berarti
boleh ada seseorang yang menjadi pembunuh, bukan?” – hal 526
***
Tulisan
ini diikutsertakan dalam:
Interesting.
BalasHapusJadi pengen baca bukunya