Orang Miskin
Dilarang Sekolah
By Wiwid
Prasetyo
Penerbit DIVA
Press
Editor Arini
Cetakan ke-6;
Mei 2010; 450 hlm
Tata Sampul by
Gobaqsodor
Rate 4 of 5
Ini adalah kumpulan
kisah dimana Faisal, sang tokoh utama yang baru duduk di bangku sekolah dasar
kelas 1, mulai membujuk dan memberi semangat kepada teman-temannya, Pepeng,
pamudi, dan Yudi, agar mereka bersekolah. Tekad Pepeng, Pamudi dan Yudi untuk
mengubah kehidupan keluarga mereka yang selalu berkubang dalam kotoran sapi,
begitu besar hingga berbekal seragam bekas usang, sandal jepit dan tas gandum
mereka gunakan untuk sekolah.
Hinaan demi hinaan dan
cobaan yang datang bertubi-tubi membuat anak-anak Alam Liar ─sebutan Faisal
untuk ketiga temannya─ hampir menyerah untuk mencari ilmu. Tapi berbekal keteguhan
Faisal, ketiga temannya itu tetap berusaha keras untuk sekolah. Dan akhirnya,
keinginan untuk sekolah pun terwujud, meski cobaan yang mereka lalui tetap
tidak berkurang sama sekali. Bukan hanya kehidupan keluarga yang menjadi
kendala, tapi biaya pun serta waktu yang sangat sempit sangat sulit mereka bagi
dengan sama rata.
Tidak hanya Anak-anak
Alam Liar saja yang mengalami masa-masa sulit dalam hidupnya. Faisal pun, sang
pemberi semangat, menghadapi cobaan di tuduh gila saat berusaha melindungi peternakan
sapi yang merupakan satu-satunya ladang rezeki ayah dari ketiga temannya.
Kegigihan Faisal untuk mempertahankan pendapatnya mendapat perhatian khusus
dari Pak cokro, dukun yang paling di hormati di kampungnya. Pak Cokro ingin
memusnahkan “ancaman” reputasi dirinya di hadapan para warga kampung. Tapi
Faisal, anak laki-laki yang cerdik. Ia berhasil mengalahkan Pak Cokro dengan
tipu muslihatnya.
Masalah lain yang
dihadapi oleh Faisal adalah saat ia harus menerima amukan massa karena
keikutsertaan dirinya menuntaskan buta aksara di kampungnya. Massa mengamuk,
karena ilmu baca dan menulis yang di canangkan oleh Faisal malah membuat Mat
Karmin melakukan pelecehan seksual terhadap anak-anak dengan mengatasnamakan
buku yang ia tulis. Pak Cokro mulai merekrut para “pasien” dengan cara baru
setelah ia pintar membaca dan menulis.
Lalu bagaimana kisah
akhir, Faisal dan ketiga temannya yang memiliki impian dan cita-cita yang sulit
di jangkau? Cita-cita yang bukan hanya butuh pengorbanan fisik, tapi juga
pengorbanan batin yang selalu mendengar cibiran orang lain.
***
Pertama aku mau
ngomentari judulnya dulu. Kan judulnya “Orang Miskin Dilarang Sekolah”, tapi
kok rasanya agak kurang kena judul ini dengan isi bukunya. Awalnya aku pikir
buku ini akan bercerita tentang Faisal serta Pepeng, Pamudi dan Yudi dalam
usahanya untuk sekolah. Gimana orang miskin di beda-bedakan atau sejenisnya lah
... you know what i mean hehe semacam
di drama-drama gitu ^^ setelah baca buku ini dari awal sampai akhir, buku ini
lebih menceritakan segelintir fenomena yang ada. Misalnya orang-orang kampung
yang masih tertinggal dari baca dan tulis, penolakan budaya-budaya dalam
kampung mereka, serta kehidupan anak-anak di sekolah yang terkadang terlalu
bangga dengan harta orang tua masing-masing.
Maksud aku, gak ada di
buku ini yang menjelaskan, dimana maksud “orang miskin dilarang sekolah”?
Tinggalkan masalah
judul yang bikin aku susah berkata-kata wkwk ...
Tokoh utama dalam buku
ini memang Faisal, tapi jangan harap kalau dari awal sampai akhir kita akan di
suguhkan kecerdikan Faisal atau keteguhan Faisal. Sama seperti tokoh lainnya,
Faisal hanya pelengkap buku ini meski status dia tokoh utama dalam buku ini.
Kehidupan Pepeng,
Pamudi dan Yudi juga akan membawa kita pada realita hidup. Berbagai macam usaha
mereka lakukan agar bisa sekolah dan berbagai hinaan mereka terima. Cukup unik
sih karakternya, karena meski tokoh di novel ini terbilang masih anak-anak, mereka
berpikir sangat sangat sangat dewasa. Malah mungkin orang dewasa gak akan
berpikir seperti mereka. Contoh kasus aja, Pamudi yang mau bekerja apa aja asal
halal. Yudi yang rela menerima ejekan karena menjual pisang goreng, dan Pepeng
yang bekerja sebagai kuli angkut di pasar.
Konflik yah gak
jauh-jauh ya dari hinaan, ejekan, penolakan dll. Khas lah seperti
sinetron-sinetron atau drama-drama televisi. Gak ada yang istimewa. Malah lebih
istimewa konflik di kampung Faisal. Seperti hebohnya pelecehan seksual, dan
praktik dukun.
Aku tidak tahu ini
disebut kelemahan atau gak ... karena gak menganggu sama sekali, Cuma aku punya
perasaan sedang membaca cerita dalam buku pelajaran bahasa indonesia SD. Tokoh
utama memiliki kepribadian yang perfect dan nilai-nilai sekolah yang sempurna,
memiliki jiwa besar dan sifat-sifat agung lainnya. Belum lagi, dimana tokoh
utamanya menjalani hidup seakan-akan masalah itu mudah sekali. Bahasa yang
dipakai oleh anak-anak itu pun sangat dewasa, gak ada kesan anak-anaknya, sehingga
mengurangi “keimutan” membaca buku ini.
Saat aku menggunakan
istilah “imut” kan anak-anak identik dengan kata-kata lucu yang polos, tapi ini
malah gak. Seperti melihat orang dewasa berdialog. Sehingga baca buku ini gak terbawa perasaan.
Biasa aja kosong melompong
Secara keseluruhan,
aku suka buku ini. Meski fenomena yang dijabarkan dalam buku ini gak asing,
tapi aku tetap lanjut menuntusakan bacaan buku ini sampai halaman ke-450.
Bahasa ringan yang mudah dipahami menjadi nilai plus lagu dari buku ini.
Pokoknya rekomendasi lah buku ini sebagai bacaan santai.
0 komentar:
Posting Komentar
Berikan komentarmu disini