Terjebak di Antara Pria yang Memiliki Reputasi Buruk
Judul:
Rayuan Sang Pemikat
Judul
Asli: Always A Scoundrel
Penulis:
Suzanne Enoch
Penerbit:
PT Gramedia Pustaka Utama
Alih
Bahasa: Lingliana
Desain
Sampul: Marcel A. W.
Published 14 april 2014
Tebal:
456 halaman
Blurb
Lord
Bramwell Lowry Johns suka hidup dalam bahaya. Karena bosan dengan hidupnya ia
mulai mencuri barang-barang beharga para bangsawan London—hingga suatu malam
pertengkaran keluarga Davies mencuri perhatiannya. Tampaknya Lady Rosamund akan
dipaksa menikah dengan pria yang lebih brengsek daripada Bram.
Rose
sangat sadar tentang reputasi buruk Bram. Tentu saja ia mencurigai ketertarikan
tiba-tiba pria itu padanya; apalagi Bram bersahabat dekat dengan pria yang akan
menghancurkan keluarganya. Tapi, ia punya rencana sendiri, dan Bram mungkin
adalah pria yang ia butuhkan—selama ia ingat untuk tidak mempercayakan hatinya
pada pria itu.
Sinopsis
James
Davies kehilangan sepuluh ribu pound di meja judi, tepatnya di tangan Casgrove,
laki-laki yang tidak punya hati dan punya reputasi paling buruk di antara
bangsawan. Sebagai pelunasan hutang, Casgrove meminta Rose menjadi istrinya.
Bram yang saat itu sedang berniat mencuri di rumah Lord Davies, mendengarkan
percakapan antar keluarga tersebut. Mengetahui Casgrove ingin menikah saja,
sudah membuat Bram heran, apalagi melihat gadis pilihan Casgrove yang jauh dari
kata cantik.
Karena
penasaran, Bram mencoba mendekati Rose. Mencari tahu apa yang menarik dari
gadis tersebut. Ternyata, rasa penasaran Bram membuat dirinya terjebak antara
melawan sahabatnya yang sadis, Casgrove atau melindungi Rose dengan
mempertaruhkan nyawanya.
“Kalau begitu
izinkan aku mengajarimu cara memainkan permainan ini.” – hal 76
“Aku pernah
melihat putri-putri cantik setelah Casgrove selesai dengan mereka. Padahal
sejak awal mereka punya lebih banyak pengalaman dengan pria daripada dirimu.” –
hal 92
Review
Dari
seri ke-1 : After the kiss, aku udah
tertarik sama Bram. Karakter dia itu mencolok sekali meski Cuma sebagai
pendukung aja. Terus di seri ke-2: Before the scandal,
Bram dan Sullivan muncul. Tetap aja, aku ngerasa Bram agak mencolok di tengah
konflik Phin-Alyse. Dan akhirnya, sampai di seri ke-3 di mana Bramlah tokoh
utamanya.
Tapi
sebenarnya, alasan kenapa aku begitu ngefans sama Bram adalah gambaran fisik
dia yang berambut hitam segelap arang dan mata segelap malam. Aku suka cowok
dengan gambaran seperti itu. Terutama mata yang gelap.
Aku
pikir, Bram bakal sama adiknya Phin, Elizabeth. Karena Bram yang garang itu
bakal gemetar kalau lihat Elizabeth. Ternyata alasannya adalah Bram nggak tahan
melihat kepolosan dan keriangan Beth. Alasan yang aneh ya haha
Mengejutkannya
lagi, sosok Bram di pasangkan dengan cewek yang nggak populer. Kalau Isabel dan
Alyse adalah gadis pujaan seluruh cowok, maka kebalikan dari Rose. Ia hampir
(bahkan nggak pernah) dilirik bangsawan muda untuk di ajak berdansa.
Awalnya
menarik. Ini kisah badboy dengan cewek kutubuku. Aku menyebutnya tema klasik
untuk cerita Klasik ^^
Karakter
Lady
Rosamund aka Rose adalah cewek yang blak blakan. Salah satu sifat yang tidak
boleh dimiliki seorang lady. Cewek yang suka mengerjakan segala hal sendiri
dan membaca buku.
“Membaca
tidak menjadikanmu kutu buku. Mengutip apa yang kamu bacalah yang membuatmu
jadi kutu buku.” – hal 39
Ia
juga yang mengurus keluarganya. Seperti mengingatkan janji, mempercepat jam
agar keluarganya tidak pernah telat pergi undangan dsb. Secara fisik, Rose
memang digambarkan tidak menarik. Ia berdada rata, tingginya di atas rata-rata
para gadis, hidungnya berbintik dan bibirnya sedikit tebal. Tapi ia sangat
peduli pada keluarganya. Ia punya pilihan untuk kabur dari pernikahan dengan
pergi diam-diam, tapi ia tidak melakukannya. Karena ia tidak sanggup melihat
kehancuran keluarganya, meski keluarganya jelas-jelas tidak menganggap Rose
sebagai anak. Dan meski ia marah pada James, adiknya, tapi ia selalu khawatir
jika James berteman dengan Casgrove.
“Bukan
salahmu, James? Tentu saja ini salahmu. Kalau kau punya akal sehat sedikit
saja, kau akan sadar bahwa aku sedang mencoba menyelamatkan keluarga ini dari
kehancuran yang disebabkan olehmu.” – hal 105
Ia
juga punya tekad dan keberanian. Namun sebagaimana gadis yang terhormat, ia
rapuh. Sangat rapuh hingga Bram tidak tega membayangkan Rose di hancurkan
Casgrove.
Bram
itu bajingan. Tapi sahabat yang baik bagi Sullivan dan Phin. Bram berjudi,
tidur dengan istri para bangsawan, mematahkan hati para wanita dan
mabuk-mabukan. Dan kegiatan yang sedang ia lakoni adalah sebagai pencuri. Ia
hanya mencuri di rumah bangsawan yang berteman dengan Ayahnya. Ayah dan
kakaknya tahu, tapi mereka tidak bisa mencegah tanpa mencemari nama baik
mereka. Dibalik sifat itu, ia memiliki kisah-kisah yang membuatnya memiliki
alasan kenapa ia menjadi bajingan. Dan saat bertemu Rose, ia menyadari bahwa
sejelek apapun keluarga, tetaplah keluarga.
“Aku tidak
menginginkan hidup yang teratur.” – hal 7
Casgrove
sendiri, seharusnya lebih ditonjolkan. Gimana pun juga dia lah penyebab Bram
bertemu Rose dan konflik di antara mereka. Tapi sifat jahat dia lebih banyak
dijabarkan oleh Bram saat menasehati James agar menjauhi Casgrove. Di antaranya
adalah Casgrove itu suka memanipulasi. Ia membuat orang-orang yang melawannya
menemui penderitaan yang hanya bisa ditebus dengan kematian. Ia juga membuat
pesta seks di tengah makan siang bersama teman-temannya. Ia juga menyerang Rose
dengan ancaman-ancaman apa yang akan Rose hadapi saat mereka menikah.
“Kesenanganku berasal dari kenyataan bahwa dia
tidak memiliki minat yang sama denganku.” – hal 194
“Mendesak
pendosa melakukan dosa lebih besar tidak lagi menantang. Tetapi merusak
seseorang yang yakin dirinya tidak bisa dirusak—itu membutuhkan keahlian
besar.” – hal 197
Plot
Alurnya
sih menurut aku enak aja dinikmati. Kedekatan Bram-Rose itu terasa alami, nggak
dibuat-buat. Cuma aku agak janggal, pas Rose minta Bram untuk mencemari
kehormatan Rose dan melarang Bram memakai kondom. Itu dilakukan setelah dua
atau tiga kali pertemuan. Alasannya sih masuk akal. Menurut Rose, jika ia harus
menderita ketika mengalami pengalaman pertama dengan Casgrove,maka ia memilih
mengalaminya pertama kali dengan Bram tapi penuh kelembutan. Intinya sih, Rose
nggak ingin menjadikan Casgrove sebagai pria pertama yang menyentuhnya.
“Aku tidak
melakukan apa pun yang membuatmu harus memperlakukanku dengan tidak hormat dan
tidak baik.” – hal 147
“Dia berniat
memperlakukanku dan merendahkanku, dan dia ingin aku mengetahuinya.” – hal 169
Klimaksnya
adalah ketika Casgrove mulai melancarkan serangan. Dan Rose tidak tahu
bagaimana caranya menghindar lagi. Sedangkan Bram, putus asa bagaimana caranya
mencari uang sepuluh ribu pound untuk menebus Rose.
Kisah Percintaan
Keunggulan
cerita ini adalah, nggak semua cinta itu harus berawal dari fisik. Kisah ini
merupakan kebalikan dari kesempurnaan yang ditampilkan Sullivan-Isabel &
Phin-Alyse di seri sebelumnya. Aku suka bagaimana interaksi Rose dan Bram. Rose
sadar reputasi Bram nggak kalah bejat dengan Casgrove, tapi ia memilih percaya
pada Bram.
“Kalau aku
hamil, aku lebih suka hal itu terjadi dalam kebaikan dan kelembutan daripada
dalam kekejian dan kekejaman.” – hal 187
Lalu
disambut sama perubahan-perubahan signifikan sifat Bram dan kebiasaan Bram. Seperti
perubahan warna pakaian yang ia pakai. Pelayannya sampai melongo. Dan
perpustakaan yang dulunya isinya benda-benda cabul, diganti hingga berkelas.
Disini lumayan lucu, tapi agak kaku.
Yah,
aku menikmati kisah cinta mereka.
Ending
Menurut
aku, ending kali ini agak cerdik dan sedikit licik. Cara Bram mengalahkan
Cosgrove tanpa perlu kekerasan fisik itu bikin aku geli bacanya. Aku suka
endingnya.
Kesimpulan
Aku
suka cara pikir Rose yang mementingkan keluarganya. Sejelek apapun keluarganya,
mereka tetaplah bagian yang harus dilindungi dan diperjuangkan.
Aku
suka cara Bram memandang Rose. Rose memang tidak cantik, tapi Bram telah
menemukan definisi kecantikan itu dari dalam diri Rose. Seandainya ada cowok
kayak gitu. Intinya, cinta bukan melihat fisik. Cinta melihat karakter dan
pribadi. Aku selalu percaya hal itu, meski sulit melihatnya di dalam kehidupan
nyata.
***
Tulisan
ini diikutsertakan dalam:
0 komentar:
Posting Komentar
Berikan komentarmu disini