Kamis, 17 Agustus 2017

Review Buku: The Gas Room - Stephen Spignesi

Judul : The Gas Room
Judul asli: Dialogues
Penulis: Stephen Spignesi
Penerbit: Voila Book (Penerbit Hikmah)
Penerjemah: Reni Indardini
Cetakan ke-1; Desember 2007; 518 halaman
ISBN: 978 – 979 – 115 – 003 – 3


Blurb
Victoria “Tory” Troy adalah teknik euthanasia di penampungan hewan liar di Connecticut. Tugas utamanya adalah membunuh hewan-hewan tak berpemilik, setiap jumat di kamar gas tempat penampungan tersebut. Pada suatu jumat, alih-alih membunuh hewan, dia menyuntik enam orang rekan kerjanya dengan obat bius, kemudian menggas mereka sampai mti. Tory diadili. Dia pun buka mulut kepada psikiater yang ditunjuk pengadilan, kepada perawatnya, dan kepada ibunya. Para pengacara berdebat, para juri kebingungan.
Tory adalah perempuan yang cerdas, intuitif, dan lucu. Sungguh tak mungkin dia tiba-tiba tega membunuh rekan kerjanya. Semua pihak tak percaya, tetapi Tory sendiri telah mengakuinya. Apa yang sebenarnya terjadi pada Tory

Sinopsis

Tory tertangkap basah oleh rekan kerjanya sedang di depan ruang gas sambil memandangi keenam mayat yang merupakan rekan-rekan kerjanya di penampungan hewan tempat dia bekerja. Tidak ada pilihan selain hukuman mati untuk kejatahan terecana seperti diakui oleh Tory. Semuanya begitu rapi dan begitu sistematis hingga tertangkapnya Tory oleh salah satu rekan kerja yang kebetulan tidak bekerja di hari jumat, datang mengambil barangnya yang ketinggalan.

Tory mengakuinya.

Psikiater butuh kepastian apakah Tory mampu menghadapi persidangan. Dan kesimpuannya adalah mampu.

Tidak ada yang tahu kenapa Tory melakukannya. Tidak ada yang tahu motif kenapa ia melakukanya.

Yang para juri dan hakim tahu adalah Tory bersalah

Dan ia pantas mendapatkan hukuman suntik mati



Review

Novel ini unik.

Kenapa?

Karena dari bab awal sampai akhir,bahkan halaman terakhir, isi novel ini adalah berupa dialog. Tidak ada narasi atau diksi. Semuanya dijabarkan melalui dialog antar tokoh.

Kelebihannya, novel dengan setebal 500 halaman lebih, cepat selesai aku baca

Kekurangannya, aku sangat menikmatinya hingga lupa waktu *ini bisa disebut kekurangan nggak ya haha

Tapi serius lho, novel ini serius bikin penasaran, tapi nggak bikin tegang.

Karena Tory udah mengakui kesalahannya. Tentunya yang bikin semua orang —termasuk pembaca— penasaran adalah kenapa?

Dan berkat novel ini, persepsi aku tentang novel dengan narasi dan diksi level dewa lebih menarik perhatian, adalah salah.

Novel ini membuktikan, bahwa dialog yang dikemas dengan baik akan menghidupkan karakter dan isi novel tersebut.

Buktinya, aku langsung menyukai Tory. Menyukai tokoh-tokoh yang benar-benar peduli pada dirinya. Dan bersimpati pada kejadian di masa lalu yang pernah menimpanya.

Dia cewek cerdas, benar-benar cerdas. Dia selalu menganalisis atau bahkan mempertanyakan lagi pertanyaan yang diajukan ke dia. Entah itu ke psikiaternya atau ke pengacaranya atau pun ke pendakawa-nya. Dan jawaban-jawaban dia itu semuanya terasa masuk akal. Salut buat penulisnya ....

Ini aku punya salah satu dialog ketika Tory menganalisis pertanyaan untuk dirinya
“Saya mengeuthanasia binatang sakit, buas, dan tidak diadopsi di penampungan hewan.”
“Jadi, Anda membunuh hewan sebagai penghidupan.”
“Saya tidak menganggapnya ‘membunuh’ binatang.”
“Kenapa tidak?”
“Karena tidak ada niat jahat. Kata membunuh—dan saya hanya bicara bagi diri saya sendiri sekarang—kata membunuh bagi saya mengisyaratkan kesengajaan, niat keji dan itulah hal terakhir yang saya pikirkan saat melakukan pekerjaan saya.”

Alasan .... semua orang mempertanyakannya. Kenapa Tory?

Alasan kenapa Tory melakukan ini yang bikin aku menikmati novel ini.

Tory sangat sayang binatang, dan pekerjaan yang ia pilih adalah membunuh binatang. Hal sepele itu pun menjadi pertanyaan dalam novel ini.
Intinya sih, novel ini menurut aku cerdas.

Tidak hanya cerdas, tapi disorotnya kehidupan binatang tanpa pemilik dan di bunuh di penampungan bikin membuka mata kita lebar-lebar. Bahwa hewan juga punya nyawa, punya hak yang sama untuk hidup, punya keinginan untuk disayang. Mungkin inti novel ini juga seperti itu.

Endingnya .. bagaimana aku ceritakan endingnya ya? Campur aduk sekaligus lega ^^

Secara keseluruhan, novel ini bikin kita penasaran, tapi nggak bikin tegang (sengaja aku tekankan bagian ini) namun demikan aku sangat menikmati hingga akhir.

Walaupun hukuman mati sudah membayang di depan mata, Tory tetap jadi cewek favorit aku.

Sampai jumpa di review selajutnya

***
Tulisan ini diikutsertakan dalam

Read and Review Challenge 2017 – Brick Books

G+

0 komentar:

Posting Komentar

Berikan komentarmu disini

 
;