Judul :
The Gas Room
Judul
asli: Dialogues
Penulis:
Stephen Spignesi
Penerbit:
Voila Book (Penerbit Hikmah)
Penerjemah:
Reni Indardini
Cetakan
ke-1; Desember 2007; 518 halaman
ISBN:
978 – 979 – 115 – 003 – 3
Blurb
Victoria “Tory” Troy adalah teknik euthanasia
di penampungan hewan liar di Connecticut. Tugas utamanya adalah membunuh
hewan-hewan tak berpemilik, setiap jumat di kamar gas tempat penampungan
tersebut. Pada suatu jumat, alih-alih membunuh hewan, dia menyuntik enam orang
rekan kerjanya dengan obat bius, kemudian menggas mereka sampai mti. Tory
diadili. Dia pun buka mulut kepada psikiater yang ditunjuk pengadilan, kepada
perawatnya, dan kepada ibunya. Para pengacara berdebat, para juri kebingungan.
Tory adalah perempuan yang cerdas,
intuitif, dan lucu. Sungguh tak mungkin dia tiba-tiba tega membunuh rekan
kerjanya. Semua pihak tak percaya, tetapi Tory sendiri telah mengakuinya. Apa
yang sebenarnya terjadi pada Tory
Sinopsis
Tory tertangkap basah oleh
rekan kerjanya sedang di depan ruang gas sambil memandangi keenam mayat yang
merupakan rekan-rekan kerjanya di penampungan hewan tempat dia bekerja. Tidak
ada pilihan selain hukuman mati untuk kejatahan terecana seperti diakui oleh
Tory. Semuanya begitu rapi dan begitu sistematis hingga tertangkapnya Tory oleh
salah satu rekan kerja yang kebetulan tidak bekerja di hari jumat, datang
mengambil barangnya yang ketinggalan.
Tory mengakuinya.
Psikiater butuh kepastian
apakah Tory mampu menghadapi persidangan. Dan kesimpuannya adalah mampu.
Tidak ada yang tahu kenapa Tory
melakukannya. Tidak ada yang tahu motif kenapa ia melakukanya.
Yang para juri dan hakim tahu
adalah Tory bersalah
Dan ia pantas mendapatkan
hukuman suntik mati
Review
Novel ini unik.
Kenapa?
Karena dari bab awal sampai akhir,bahkan
halaman terakhir, isi novel ini adalah berupa dialog. Tidak ada narasi atau
diksi. Semuanya dijabarkan melalui dialog antar tokoh.
Kelebihannya, novel dengan
setebal 500 halaman lebih, cepat selesai aku baca
Kekurangannya, aku sangat
menikmatinya hingga lupa waktu *ini bisa disebut kekurangan nggak ya haha
Tapi serius lho, novel ini
serius bikin penasaran, tapi nggak bikin tegang.
Karena Tory udah mengakui
kesalahannya. Tentunya yang bikin semua orang —termasuk pembaca— penasaran
adalah kenapa?
Dan berkat novel ini, persepsi
aku tentang novel dengan narasi dan diksi level dewa lebih menarik perhatian,
adalah salah.
Novel ini membuktikan, bahwa
dialog yang dikemas dengan baik akan menghidupkan karakter dan isi novel
tersebut.
Buktinya, aku langsung menyukai
Tory. Menyukai tokoh-tokoh yang benar-benar peduli pada dirinya. Dan bersimpati
pada kejadian di masa lalu yang pernah menimpanya.
Dia cewek cerdas, benar-benar
cerdas. Dia selalu menganalisis atau bahkan mempertanyakan lagi pertanyaan yang
diajukan ke dia. Entah itu ke psikiaternya atau ke pengacaranya atau pun ke
pendakawa-nya. Dan jawaban-jawaban dia itu semuanya terasa masuk akal. Salut
buat penulisnya ....
Ini aku punya salah satu dialog
ketika Tory menganalisis pertanyaan untuk dirinya
“Saya mengeuthanasia binatang sakit,
buas, dan tidak diadopsi di penampungan hewan.”
“Jadi, Anda membunuh hewan sebagai
penghidupan.”
“Saya tidak menganggapnya ‘membunuh’
binatang.”
“Kenapa tidak?”
“Karena tidak ada niat jahat. Kata
membunuh—dan saya hanya bicara bagi diri saya sendiri sekarang—kata membunuh
bagi saya mengisyaratkan kesengajaan, niat keji dan itulah hal terakhir yang
saya pikirkan saat melakukan pekerjaan saya.”
Alasan .... semua orang mempertanyakannya. Kenapa Tory?
Alasan kenapa Tory melakukan ini
yang bikin aku menikmati novel ini.
Tory sangat sayang binatang, dan
pekerjaan yang ia pilih adalah membunuh binatang. Hal sepele itu pun menjadi
pertanyaan dalam novel ini.
Intinya sih, novel ini menurut
aku cerdas.
Tidak hanya cerdas, tapi
disorotnya kehidupan binatang tanpa pemilik dan di bunuh di penampungan bikin
membuka mata kita lebar-lebar. Bahwa hewan juga punya nyawa, punya hak yang
sama untuk hidup, punya keinginan untuk disayang. Mungkin inti novel ini juga
seperti itu.
Endingnya .. bagaimana aku
ceritakan endingnya ya? Campur aduk sekaligus lega ^^
Secara keseluruhan, novel ini
bikin kita penasaran, tapi nggak bikin
tegang (sengaja aku tekankan bagian ini) namun demikan aku sangat menikmati hingga
akhir.
Walaupun hukuman mati sudah
membayang di depan mata, Tory tetap jadi cewek favorit aku.
Sampai jumpa di review selajutnya
***
Tulisan ini diikutsertakan dalam
Read
and Review Challenge 2017 – Brick Books
0 komentar:
Posting Komentar
Berikan komentarmu disini