Senin, 25 September 2017

Review Buku: Scheduled Suicide Day - Rikako Akiyoshi

Judul: Scheduled Suicide Day
Judul Asli: Jisatsu Yoteibi
Penulis: Rikako Akiyoshi
Penerbit: Haru
Penerjemah: Andry Setiawan
Cetakan pertama; April 2017; 280 halaman
ISBN: 978 – 602 – 6383 – 19 – 8

Blurb
Ruri yakin ibu tirinya telah membunuh ayahnya.
Tak sanggup hidup bersama ibu tirinya, Ruri bertekad bunuh diri untuk menyusul ayahnya.
Ruri akhirnya pergi ke desa yang terkenal sebagai tempat bunuh diri, tapi dia malah bertemu dengan hantu seorang pemuda yang menghentikan niatnya. Hantu itu berjanji akan membantu Ruri menemukan bukti yang disembunyikan oleh ibu tirinya, dengan janji dia akan membiarkan Ruri mencabut nyawanya seminggu kemudian jika bukti tersebut tidak ditemukan.
Itulah jadwal bunuh diri Ruri: satu minggu, terhitung dari hari itu.

Sinopsis

Ruri remaja enam belas tahun yang mencurigai Reiko, ibu tirinya sebagai pembunuh ayahnya.

Dugaan yang bermula dari keanehan saat mayat ayahnya ditemukan, serta jurnal pribadi ayahnya yang menghilang dan botol bening yang disembunyikan Reiko. Belum lagi Restoran ayah Ruri yang dijalankan Reiko bertentangan dengan prinsip-prinsip yang telah dibangun ayah dan ibu kandung Ruri. Ruri juga curiga, uang asuransi ayahnya digunakan foya-foya oleh Reiko. Ruri mencoba melaporkan kecurigaannya pada polisi. Polisi tidak bisa bergerak jika tidak ada bukti. Ruri mendatangi dokter pribadi sekaligus teman ayahnya. Kematian ayahnya murni karena penyakit. Akhirnya Ruri menyerah dan tidak sanggup hidup menderita dengan kebencian yang tanamkan untuk Reiko.

Ruri memutuskan bunuh diri, dengan meninggalkan surat wasiat yang menuduh Reiko membunuh ayahnya. Usaha bunuh diri gagal ketika ada remaja cowok yang mengagalkannya. Ia berjanji akan membantu Ruri menemukan bukti, dan jika dalam tujuh hari tidak ditemukan, anak laki-laki tersebut tidak boleh menghalangi Ruri yang ingin bunuh diri.
 
Review

Setelah baca Girls in the Dark (GITD) dan Holy Mother (HM) yang endingnya bikin pembaca suram dan pengen nimpuk seseorang, selesai baca novel ini bikin hati lega. Bisa ikut tersenyum lega merasakan sukacita Ruri. Sama seperti perasaan Ruri ketika mandi di pemandian air panas di penginapan Desa Sagamino.

Plot yang diciptakan Rikako Akiyoshi tetap sesederhana dua novel yang telah aku baca. Kemisteriusan cerita tetap berpusat pada sang tokoh Ruri. Apalagi Ruri digambarkan sebagai sosok yang mirip dengan hantu terkenal yang bunuh diri. Rambut indah panjang yang menjuntai menutup separuh wajahnya. Namun twist-nya nggak mampu menipu. Di novel kali ini, aku dengan gampang menebak sebenarnya apa yang terjadi.

Beberapa kali aku baca review di instagram yang menyebutkan novel ini beralur lambat. Aku akui iya. Tapi aku sangat-sangat menikmati semua itu. Aku menikmati hubungan yang terjalin antara Ruri dan Hiroaki yang kocak, Ruri dan Master yang menemukan sosok ayahnya di dalam diri Master, Ruri dan induk semang yang menimbulkan simpati karena penginapan tersebut diambang gulung tikar. Entahlah tapi aku suka semua adegan yang terjadi di desa Sagamino. Kedamaian dan rasa kekeluargaan serta kasih sayang yang ada di situ tercipta begitu alami, sampai-sampai aku pengen ada di sana. Serius!!!

Seperti yang udah aku sebutkan di atas, twist di novel ini memang mudah ditebak. Itu bisa jadi karena di dua novel sebelumnya yang udah aku baca, Penulis menciptakan twist yang super menipu. Sampai-sampai napas tercekat ketika fakta dibeberkan. Sehingga ketika di novel keempat ini, pecinta karya Rikako Akiyoshi sudah berhasil menebak kemana ceritanya. Namun Rikako Akiyoshi tetap berhasil mengecoh pembaca dengan trik-trik yang digunakan pelaku dalam kisah ini. Memasukan unsur fengshui di dalamnya hingga agak rumit bagi Ruri.

Tapi jangan lupakan khas Rikako Akiyoshi. Meski twist-nya tidak mampu menipu, ada satu bagian yang tidak akan kamu duga. Aku sampai tercengang, tapi ketawa pada akhirnya. Benar-benar khas Rikako Akiyoshi.

Banyak hal menarik dari novel ini.

Fengshui yang bisa mengubah suasana hati dan bisa membuat keberuntungan datang kepada kita.

Tentang Rokuyo, hari dalam kalender Jepang yang memuat hari sial dan hari baik, atau jam berapa penuh keberuntungan dan kesialan.

Olahan masakan baru yang bikin ngiler. Aduh sampai keruyukan pas bacanya.

Paling menarik dan utama adalah isu bunuh diri. Disini Rikako Akiyoshi menekankan sekali bahwa bunuh diri itu hanya merugikan orang lain. Dan melalui Hiroaki, kita di ajak untuk memahami bahwa orang yang bunuh diri itu arwahnya menderita. Menurut aku sih Rikako Akiyoshi adalah salah satu orang yang menentang bunuh diri tersebut. Melihat cara tulisan beliau yang berusaha mencegah Ruri untuk bunuh diri.

Paling suka adalah endingnya. Sedih, getir dan lucu menjadikan aku tetap menyukai karya Rikako Akiyoshi.

Begitu banyak yang diajarkan dalam novel ini. Tentang kasih sayang, hubungan antar sesama, kepekaan bahwa hidup itu nggak selalu mudah, dan bagaimana seseorang memandang masalah dari sudut pandang berbeda. Percaya fengshui boleh, tapi ada kalanya fengshui itu sebagai alat bantu ketika kita putus asa, bukan sebaliknya.

Aku nggak mau cerita lebih lanjut. Tapi novel ini tetap dengan kesan gelap ala RA tapi mendadak cerah saat Ruri makin mengenal Desa Sagamino

Novel ini aku rekomendasikan untuk segala usia. Buat pecinta Rikako Akiyoshi, wajib punya novel ini.

***

Tulisan ini diikutsertakan dalam:


Read & Review Challenge 2017 – Kategori Young Adult Literature 

G+

0 komentar:

Posting Komentar

Berikan komentarmu disini

 
;