Kamis, 09 November 2017

Review Buku: Metropolis - Windry Ramadhina

Judul: Metropolis
Penulis: Windry Ramadhina
Penerbit: Grasindo
Cetakan ke-2;April 2013; 354 hlm
Format ebook via iJak

Blurb
"Anak Muda, ini Cuma perseteruan yang biasa terjadi antarmafia narkotika. Kau perhatikan harga shabu belakangan ini? Melangit! Ini bisnis Bram. Mereka menyingkirkan pesaing untuk menaikan harga.”
Itu yang dikatakan oleh Moris ketika tujuh orang dari dua belas bos mafia narkotika di Jakarta terbunuh satu per satu. Barangkali Moris benar. Tapi, jumlah tersebut terlalu besar bagi Bram maka ia mulai menduga bahwa kasus yang sedang ia tangani tidak sesederhana yang Moris pikirkan.
Melalui salah satu penyelidikannya, Bram—reserse brilian dari Sat Narkotika— menyadari keterlibatan Miaa—perempuan misterius yang kelihatannya melakukan penyelidikan sendiri—dalam kasus tersebut. Belakangan Bram tahu bahwa Miaa adalah mantan polisi yang diberhentikan karena memiliki hubungan darah dengan keluarga Saada, salah satu mafia narkotika yang baru kehilangan pemimpin. Secara terpisah, mereka menemukan bukti-bukti yang mengarahkan mereka kepada pelaku di balik kematian bos-bos mafia tersebut. Mereka mengenal orang itu dengan nama Johan, tetapi dia tidak tersentuh.
Permasalahan menjadi rumit ketika keluarga Saada mengetahui latar belakang Miaa dan bermaksud menghapus keberadaan perempuan itu. Situasi yang membahayakan jiwanya memaksa Miaa membuat kesepakatan dengan Johan dan situasi itu pula yang memicu cinta tumbuh di antara dua orang yang saling bermusuhan. Sementara itu, dewi keberuntungan tidak selalu berpihak kepada Johan dan dia mulai mengalami kegagalan ketika harus berhadapan dengan orang terkuat dari dua belas, Blur, yang identitasnya tidak diketahui selama dua puluh tahun.
Apakah Bram akan berhasil memecahkan kasus tersebut? Bagaimana dia memposisikan dirinya di tengah-tengah perseteruan antarmafia narkotika? Lalu, siapa sebenarnya Johan? Apa alasan di balik perbuatannya? Dan kepada siapa akhirnya Miaa berpihak?

Sinopsis

Kematian  Leo Saada sebagai penguasa wilayah 10 pengedaran narkotik di Jakarta menimbulkan tanda tanya pada Bram, polisi divisi narkotika yang menangangi kasus tersebut. Leo adalah orang ke-8 dari 12 pemimpin sindikat mafia narkotika di Jakarta, yang meninggal dalam setahun belakangan ini. Kesimpulan yang bisa ia buat sekarang adalah perseteruan antar geng, namun mengenal profil sindikat lebih jauh, rasanya mustahil.

Kemunculan gadis misterius yang akhirnya diketahui bernama Miaa, membuat keadaan makin mencurigakan. Dia selalu muncul di TKP pembunuhan. Bram yakin ada sesuatu yang diketahui gadis tersebut.

Statusnya sebagai mantan polisi mungkin mengejutkan Bram, tapi statusnya yang lain, itu yang membuatnya membahayakan.



Review

Ini karya kak Windry yang ke-2 aku baca. Seperti biasa, aku suka sama diksi kak Windry yang simple tapi ngena sama gambaraan yang pengen ia tunjukin ke pembaca. Nggak perlu mendayu, tapi tetap terasa nyata.

Trus gimana dengan ceritanya?

Suka!!

Suka sekali. Puas rasanya baca novel ini hingga akhir.

Aku suka plotnya yang bikin tegang. Menurut aku disini keahlian kak Windry sebagai penulis ditantang. Gimana enggak? Di sini ada dua tokoh yang berusaha sama-sama mencari pelaku, dengan dua cara yang berbeda, mereka berhasil menemukan petunjuk yang mengarahkan langsung pada pelaku sebenarnya. Menurut aku itu nggak gampang lho, ketika penulis udah menetapkan cara ABC untuk si Tokoh A, lalu penulis membuat satu lagi skema DEF untuk tokoh B. Sehingga aku nggak akan nyebut novel ini novel kacangan. Kak Windry sukses membangun plot yang bikin aku betah bacanya. Ditambah lagi, Erik bawahannya Bram juga menemukan cara sendiri yang tidak terduga untuk mengenali sosok misterius di balik salah satu pimpinan sindikat. Tambahan ilustrasi TKP pembunuhan dan pola pembunuhan berantai yang diilustrasikan di dalam novel ini ngajakin kita buat mecahin kasus juga.

Kak Windry menciptakan dugaan-dugaan atau bagaimana penyelesaian yang tepat untuk masing-masing tokoh yang berkaitan. Karena ini novel bergenre kriminal dan melibatkan geng narkotika, karakter pentingnya tentu lebih dari satu kan. Misalnya ketika status Miaa diketahui, Ferry Saada, anak Leo Saada tersebut langsung memburu Mia. Trus Miaa harus membuat keputusan, kepada siapa dia meminta bantuan. Kepada Bram-kah atau kepada orang lain, yang pada akhirnya Miaa memilih berlindung di bawah ketiak si Pelaku sebenarnya. Pelaku yang udah dia ketahui sejak lama. Lalu sebaliknya, Bram keliling sana sini mencari petunjuk untuk mencari pola pembunuhan, tapi tidak ia temukan malah menemukan hal-hal lain.

Pokoknya aku suka bagaimana kak Windry menggabungkan kejadian-kejadian hingga pembaca ikut menyatukannya menjadi satu. Di dalam plot yang kak Windry ciptakan, nggak ada satupun adegan yang dipaksakan, menurut aku. Semuanya “jatuh” pada tempat yang pas.

Jangan lupakan twist-twist yang diciptakan kak Windry. Seharusnya aku bisa menduga, karena twist-nya terkadang dipakai di dalam novel romance lokal atau di dalam film-film aksi kriminal. Entah karena terlalu fokus sama ceritanya, aku ikut kaget sampai “oh ternyata ....” dengan mulut membulat karena merasa bodoh nggak bisa menebak sebelumnya. Apalagi twist salah satu sindikat yang tidak berindetitas. Itu bikin aku kesal. Betapa bodohnya aku nggak menyadarinya hehe ~ (ngerasa malu ngaku pecinta crime-fiction haha)

Jangan lupakan sedikit kisah cinta yang diselipkan. Benar-benar sedikit tapi efeknya nendang banget lho. Serius!! Malah aku mau protes sama kak Windry, kenapa nggak dibayakin sedikit aja hahaha ... tapi yang sedikit itu udah pas menurut aku. Karena kalau kebayakan nanti melebar kemana-mana. Nggak seru lagi.

Perpindahan alurnya rapi sekali. Nggak kentara, tapi aku tahu kalau ini lagi flashback. Jadi pas baca bagian yang masa sekarang, tiba-tiba aku terbawa pelan-pelan pada ingatan masa lalu sang tokoh.

Sayangnya, meski riset kak Windry tentang peredaran narkotika di Jakarta, distribusinya, bagaimana pencucian uang (walaupun tidak dijelaskan secara rinci, tapi garis besarnya aja paham gimana pencucian uang itu sebenarnya), perseteruan antar geng, atau kode-kode etik yang mereka terapkan, sangat matang, kak Windry melupakan bahwa Instasi Kepolisian yang ia gunakan dalam cerita ini perlu dilakukan riset juga.

Aku memang nggak paham tentang kepangkatan dalam kepolisian, tapi papa adalah mantan anggota militer, sehingga kurang banyaknya aku tahu bahwa ada yang janggal di novel kak Windry ini. Ada sesuatu yang nggak pas. Cuma awalnya aku abaikan. Aku tetap baca sampai habis karena emang seru ceritanya. Nggak sengaja lihat di GR ada yang menjelaskan secara gamblang dimana kesalahan kak Windry dan apa yang membuat aku merasa ada yang salah.

Ternyata benar!!! Ada yang nggak cocok dari penyebutan pangkat dan posisi di kepolisian.

Lebih mengagetkannya lagi, buku yang aku baca ini adalah cetakan ke-2 lho.Dengan editor 3 orang, masa iya nggak ada satupun yang menyadari kesalahan itu.

Oke mungkin kak Windry mungkin kurang riset yang bagian kepolisian, tapi bukankah gunanya editor juga untuk mengoreksi ya?

Secara keseluruhan, aku suka novel ini. Puas baca dari awal hingga akhir. Kamu yang suka ngakunya pecinta crime fiction, harus baca novel ini.

***
Tulisan ini diikutsertakan dalam:
Proyek Baca Buku Perpustakaan 2017

Read & Review Challenge 2017 – Kategori Thriller and Crime Fiction 

G+

0 komentar:

Posting Komentar

Berikan komentarmu disini

 
;