Judul: Metropolis
Penulis: Windry Ramadhina
Penerbit: Grasindo
Cetakan ke-2;April 2013; 354 hlm
Format ebook via iJak
Blurb
"Anak Muda, ini Cuma
perseteruan yang biasa terjadi antarmafia narkotika. Kau perhatikan harga shabu
belakangan ini? Melangit! Ini bisnis Bram. Mereka menyingkirkan pesaing untuk
menaikan harga.”
Itu yang dikatakan oleh Moris ketika
tujuh orang dari dua belas bos mafia narkotika di Jakarta terbunuh satu per
satu. Barangkali Moris benar. Tapi, jumlah tersebut terlalu besar bagi Bram maka
ia mulai menduga bahwa kasus yang sedang ia tangani tidak sesederhana yang
Moris pikirkan.
Melalui salah satu penyelidikannya,
Bram—reserse brilian dari Sat Narkotika— menyadari keterlibatan Miaa—perempuan
misterius yang kelihatannya melakukan penyelidikan sendiri—dalam kasus
tersebut. Belakangan Bram tahu bahwa Miaa adalah mantan polisi yang
diberhentikan karena memiliki hubungan darah dengan keluarga Saada, salah satu
mafia narkotika yang baru kehilangan pemimpin. Secara terpisah, mereka
menemukan bukti-bukti yang mengarahkan mereka kepada pelaku di balik kematian
bos-bos mafia tersebut. Mereka mengenal orang itu dengan nama Johan, tetapi dia
tidak tersentuh.
Permasalahan menjadi rumit ketika
keluarga Saada mengetahui latar belakang Miaa dan bermaksud menghapus
keberadaan perempuan itu. Situasi yang membahayakan jiwanya memaksa Miaa
membuat kesepakatan dengan Johan dan situasi itu pula yang memicu cinta tumbuh
di antara dua orang yang saling bermusuhan. Sementara itu, dewi keberuntungan
tidak selalu berpihak kepada Johan dan dia mulai mengalami kegagalan ketika
harus berhadapan dengan orang terkuat dari dua belas, Blur, yang identitasnya
tidak diketahui selama dua puluh tahun.
Apakah Bram akan berhasil memecahkan
kasus tersebut? Bagaimana dia memposisikan dirinya di tengah-tengah perseteruan
antarmafia narkotika? Lalu, siapa sebenarnya Johan? Apa alasan di balik
perbuatannya? Dan kepada siapa akhirnya Miaa berpihak?
Sinopsis
Kematian Leo Saada sebagai penguasa wilayah 10
pengedaran narkotik di Jakarta menimbulkan tanda tanya pada Bram, polisi divisi
narkotika yang menangangi kasus tersebut. Leo adalah orang ke-8 dari 12
pemimpin sindikat mafia narkotika di Jakarta, yang meninggal dalam setahun
belakangan ini. Kesimpulan yang bisa ia buat sekarang adalah perseteruan antar
geng, namun mengenal profil sindikat lebih jauh, rasanya mustahil.
Kemunculan
gadis misterius yang akhirnya diketahui bernama Miaa, membuat keadaan makin
mencurigakan. Dia selalu muncul di TKP pembunuhan. Bram yakin ada sesuatu yang
diketahui gadis tersebut.
Statusnya
sebagai mantan polisi mungkin mengejutkan Bram, tapi statusnya yang lain, itu
yang membuatnya membahayakan.
Review
Ini karya
kak Windry yang ke-2 aku baca. Seperti biasa, aku suka sama diksi kak Windry
yang simple tapi ngena sama gambaraan yang pengen ia tunjukin ke pembaca. Nggak
perlu mendayu, tapi tetap terasa nyata.
Trus gimana
dengan ceritanya?
Suka!!
Suka sekali.
Puas rasanya baca novel ini hingga akhir.
Aku suka
plotnya yang bikin tegang. Menurut aku disini keahlian kak Windry sebagai
penulis ditantang. Gimana enggak? Di sini ada dua tokoh yang berusaha sama-sama
mencari pelaku, dengan dua cara yang berbeda, mereka berhasil menemukan
petunjuk yang mengarahkan langsung pada pelaku sebenarnya. Menurut aku itu
nggak gampang lho, ketika penulis udah menetapkan cara ABC untuk si Tokoh A,
lalu penulis membuat satu lagi skema DEF untuk tokoh B. Sehingga aku nggak akan
nyebut novel ini novel kacangan. Kak Windry sukses membangun plot yang bikin
aku betah bacanya. Ditambah lagi, Erik bawahannya Bram juga menemukan cara
sendiri yang tidak terduga untuk mengenali sosok misterius di balik salah satu
pimpinan sindikat. Tambahan ilustrasi TKP pembunuhan dan pola pembunuhan
berantai yang diilustrasikan di dalam novel ini ngajakin kita buat mecahin
kasus juga.
Kak Windry
menciptakan dugaan-dugaan atau bagaimana penyelesaian yang tepat untuk
masing-masing tokoh yang berkaitan. Karena ini novel bergenre kriminal dan
melibatkan geng narkotika, karakter pentingnya tentu lebih dari satu kan.
Misalnya ketika status Miaa diketahui, Ferry Saada, anak Leo Saada tersebut
langsung memburu Mia. Trus Miaa harus membuat keputusan, kepada siapa dia
meminta bantuan. Kepada Bram-kah atau kepada orang lain, yang pada akhirnya
Miaa memilih berlindung di bawah ketiak si Pelaku sebenarnya. Pelaku yang udah
dia ketahui sejak lama. Lalu sebaliknya, Bram keliling sana sini mencari
petunjuk untuk mencari pola pembunuhan, tapi tidak ia temukan malah menemukan
hal-hal lain.
Pokoknya aku
suka bagaimana kak Windry menggabungkan kejadian-kejadian hingga pembaca ikut
menyatukannya menjadi satu. Di dalam plot yang kak Windry ciptakan, nggak ada
satupun adegan yang dipaksakan, menurut aku. Semuanya “jatuh” pada tempat yang
pas.
Jangan
lupakan twist-twist yang diciptakan kak Windry. Seharusnya aku bisa menduga,
karena twist-nya terkadang dipakai di dalam novel romance lokal atau di dalam
film-film aksi kriminal. Entah karena terlalu fokus sama ceritanya, aku ikut kaget
sampai “oh ternyata ....” dengan mulut membulat karena merasa bodoh nggak bisa
menebak sebelumnya. Apalagi twist salah satu sindikat yang tidak berindetitas.
Itu bikin aku kesal. Betapa bodohnya aku nggak menyadarinya hehe ~ (ngerasa
malu ngaku pecinta crime-fiction haha)
Jangan
lupakan sedikit kisah cinta yang diselipkan. Benar-benar sedikit tapi efeknya
nendang banget lho. Serius!! Malah aku mau protes sama kak Windry, kenapa nggak
dibayakin sedikit aja hahaha ... tapi yang sedikit itu udah pas menurut aku.
Karena kalau kebayakan nanti melebar kemana-mana. Nggak seru lagi.
Perpindahan
alurnya rapi sekali. Nggak kentara, tapi aku tahu kalau ini lagi flashback.
Jadi pas baca bagian yang masa sekarang, tiba-tiba aku terbawa pelan-pelan pada
ingatan masa lalu sang tokoh.
Sayangnya,
meski riset kak Windry tentang peredaran narkotika di Jakarta, distribusinya,
bagaimana pencucian uang (walaupun tidak dijelaskan secara rinci, tapi garis
besarnya aja paham gimana pencucian uang itu sebenarnya), perseteruan antar
geng, atau kode-kode etik yang mereka terapkan, sangat matang, kak Windry
melupakan bahwa Instasi Kepolisian yang ia gunakan dalam cerita ini perlu
dilakukan riset juga.
Aku memang
nggak paham tentang kepangkatan dalam kepolisian, tapi papa adalah mantan
anggota militer, sehingga kurang banyaknya aku tahu bahwa ada yang janggal di
novel kak Windry ini. Ada sesuatu yang nggak pas. Cuma awalnya aku abaikan. Aku
tetap baca sampai habis karena emang seru ceritanya. Nggak sengaja lihat di GR
ada yang menjelaskan secara gamblang dimana kesalahan kak Windry dan apa yang
membuat aku merasa ada yang salah.
Ternyata
benar!!! Ada yang nggak cocok dari penyebutan pangkat dan posisi di kepolisian.
Lebih
mengagetkannya lagi, buku yang aku baca ini adalah cetakan ke-2 lho.Dengan
editor 3 orang, masa iya nggak ada satupun yang menyadari kesalahan itu.
Oke mungkin
kak Windry mungkin kurang riset yang bagian kepolisian, tapi bukankah gunanya
editor juga untuk mengoreksi ya?
Secara
keseluruhan, aku suka novel ini. Puas baca dari awal hingga akhir. Kamu yang
suka ngakunya pecinta crime fiction, harus baca novel ini.
***
Tulisan ini
diikutsertakan dalam:
Proyek Baca
Buku Perpustakaan 2017
Read &
Review Challenge 2017 – Kategori Thriller and Crime Fiction
0 komentar:
Posting Komentar
Berikan komentarmu disini