Minggu, 03 Desember 2017

Review Buku: Zombie Aedes II by Satria Satire

Judul: Zombie Aedes II
Penulis: Satria Satire
Penerbit: PT Elex Media Komputindo
Cetakan ke-1; September 2017; 344 halaman
ISBN: 978 – 602 – 04 – 4673 – 8


Blurb
Dua tahun lalu, suatu wabah misterius melanda seisi dunia, terutama di Indonesia. Dua tahun lalu, manusia menjelma menjadi makhluk ganas dan pemangsa sesama.
Mereka yang mampu bertahan hidup masih saling mencari dan menemukan manusia lain yang selamat. Namun itu buan perkara mudah, satu kesalahan fatak membuat para pemangsa itu kini bertambah buas.
Di tengah kekacauan yang semakin menjadi-jadi, ada setitik harapan untuk memulihkan korban yang sudah terlalu banyak. Tapi titik itu begitu jauh, dan terlalu samar ...

Sinopsis
Dua tahun setelah wabah misterius melanda, manusia yang selamat mulai beradaptasi untuk bertahan hidup. Ada yang berusaha bercocok tanam, mengambil bahan makanan di swalayan, menghemat bahan bakar, atau menjarah rumah-rumah warga demi makanan yang masih bisa dimakan. Walaupun pas-pasan bahkan kekurangan, mereka mampu bertahan.

Namun sesuatu yang ganjil terjadi.

Zombie yang awalnya mampu mereka atasi jika muncul satu persatu kini beberapa di antaranya berubah menjadi gesit bagaikan manusia normal. Mereka mampu menginfeksi sesama zombie dan membuat zombie yang lain makin agresif.

Dengan kemunculan sosok baru ini, benarkah langkanya makanan adalah satu-satunya ancaman yang harus mereka waspadai?


Review

Pertama sih aku mau ngomentarin review di goodreads yang katanya ada beberapa bagian dari isi novel Zombie Aedes nggak masuk akal. Terutama di bagian manusia selamat yang mampu bertahan Cuma makan kue kering dan soda tapi masih punya bentuk badan yang bagus, atau nggak berpengaruh sama fisik mereka. Atau cewek dan cowok yang tinggal lama dalam satu ruangan nggak terbersit buat hubungan intim (aku nggak ngebayangin ada orang yang masih semangat mikir mesum di kala lagi musibah kayak gitu. Jangankan mesum, makan aja nggak selera)

Sebagai pembaca sih aku Cuma mau ketawa aja. sekarang aku tanya, bagian mana dari sebuah fiksi itu yang masuk akal benar-benar masuk akal sesuai realita kehidupan? Drama bayi ketukar versi korea aja yang PALING nggak masuk akal aja bisa terjadi di dunia fiksi, dan dijadikan acuan untuk berbagai macam sinteron di Indonesia di saat itu? Buktinya, banyak yang suka tu. Banyak yang doyan. Banyak yang baper.

Sekarang contoh paling dekat dch, pernah nonton serial Walking Dead di HBO? Tengok dech body mereka yang selamat, mau cewek atau cowok pasti bagus-bagus badannya (kalau ada yang sadar, pasti kelihatan juga ber-make up). Kalau ada yang gendut pun itu udah bawaan karakter mereka. Kenapa Walking Dead nggak pilih orang ceking-ceking karena kurang makan? Atau kenapa nggak dikasih nampak konflik perkosaan karena cowok yang dibiarkan tinggal berdua sama cewek (ada konflik dimana sekelompok cowok mesum cari cewek buat diperkosa, tapi itu di bagian lain dari cerita)

Intinya apa?

Boleh sih komentari suatu karya, tapi kira-kira dong komentarnya.

Kasih komentar yang benar-benar isinya salah, misalnya aja ada selang infus disamakan dengan selang yang dimasukan ke hidung (aku nggak tahu nama selangnya) nah itu baru dikomentarin. Karena emang salah.

Udah lupakan itu, sekarang balik ke Zombie Aedes II.

Untuk novel ini, Penulis masih menggunakan plot yang sama persis seperti novel pertamanya.

Di bagian satu ada pengenalan beberapa tokoh yang selamat beserta usaha mereka bertahan hidup selama dua tahun.

Paling oke-nya sih, kak Satria itu bisa bikin cerita berbeda-berbeda antara tiga kelompok manusia yang selamat itu. Kengerian mereka melihat zombie yang berubah, atau bagaimana mereka bisa bertahan, atau bagaimana mulanya mereka bisa terjebak. Pokoknya hal-hal remeh kayak gitu berhasil membuat aku sebagai pembaca nggak berpikir kalau ini bosenin.

Dan ya, bagian bikin deg deg-kan itu pas salah satu manusia melihat “eh kok ada yang aneh sama zombie-nya?” atau sejenis gitu lah. Sampai aku ngerasa tegang sendiri bacanya. Apalagi saat mereka yang belum siap, nggak waspada, berhadapan dengan zombie gesit ini.

Ngomong-ngomong zombie ini ngingatin aku sama zombie di I Am Legend-nya Will Smith lho. Tahu kan filmnya? Aku jatuh cinta sama akting Will Smith di film ini. Bikin baper, sumpah!!

Aksi penyelamatannya pun beberapa ada yang kreatif, dan ada juga yang penuh dengan keberuntungan. Aku paling greget sama anak-anak yang baru tamat SMA. Pas kak Satria gambarin karakter mereka, itu rasanya ngena di hati aku. Enggak tahu kenapa, atau bisa jadi karena mereka satu-satunya tokoh termuda di Zombie Aedes sehingga kesan polos dan lugunya mereka bikin cerita ini tambah tegang. Karena ada bagian, mereka nggak mau lari dari rumah karena nggak tega “bunuh” orang tua teman mereka yang udah jadi zombie. Sedangkan posisi mereka berada di lantai dua.

Sedangkan Bagian Dua di novel ini agak berbeda ya, nggak ada zombie-zombie-an tapi agak menguras pikiran juga.

Aku suka bagian ini. Ini ketika Prof Emil memutuskan Bandara Soekarno-Hatta dijadikan tempat tinggal mereka. Mempertimbangkan karena jumlah korban selamat makin banyak, dan mereka butuh tempat luas.

Nah pas penyusunan dan realisasi perimeter bandara banyak kendalanya.Yang zombie-lah, yang memindahkan hewan ternak, dan sebagainya.

Kalau aku ceritakan kayak gini, kayaknya enggak menarik. Tapi coba dech kamu baca,aku yakin kamu pasti suka. Interaksi dan dialog mereka itu cukup bikin kita betah baca buku ini.

Ada pengkhianat!! GERAM

Jangan lupakan rencana besar prof. Emil.

Nah ini yang rada “menipu”

Dari awal aku udah curiga, konflik utamanya belum kelihatan. Yang menjadi pokok dari Zombie Aedes II ini belum terlihat meskipun sudah hampir menjelang buku habis.

TERNYATA!!!

ARGH!!

Ada... ada banget malah. Cuma ...

Curiga ini ada sambungannya hahaha

Kak Satria udah menyiapkan ketegangan lain di balik rencana prof Emil yang baru. Dan itu membuka beberapa rahasia besar di balik Retron. Obat nyamuk penyebab zombie.

Aku nggak bisa cerita banyak tentang buku kedua ini. Karena sebagian besar memang mirip dengan yang pertama, Cuma berbeda cerita dan penokohan serta konflik-nya.

Secara keseluruhan, aku suka novel ini. Beruntung bisa dikasih kesempatan baca sama Elexmedia secara gratis (padahal emang udah niat beli kalau ada main ke kota haha).

Cuma endingnya bikin baper. Kecurigaan aku kayaknya benar dech XD

Buat kamu, yang suka thriller, wajib baca. Apalagi pecinta zombie hehe

***

Tulisan ini diikutsertakan dalam:


Read & Review Challenge 2017 – Kategori Thriller and Crime Fiction

G+

0 komentar:

Posting Komentar

Berikan komentarmu disini

 
;