Kamis, 27 Oktober 2016

[Review Buku] Rainbow of You - Indah Hanaco

Rainbow of You
by Indah Hanaco
Penerbit PT Grasindo
Editor: Anin Patrajuangga
Desainer cover : Steffi
Penata isi : Yusuf Pramono
280 hlm
Rate 2 of 5

"Bicara hati adalah bicara tentang riuhnya keajaiban. Lupakan segala logika dan akal sehat. Karena hati selalu mengeja dengan bahasanya sendiri."
Ryu punya mimpi paling murni tentang Robin. Mimpi yang terpelihara rapi selama dua belas tahun. Hingga Tuhan memberi kejutan yang tidak siap untuk dihadapi gadis itu. Enzo juga menyimpan mimpi-mimpinya di tempat rahasia. Berbeda dengan Ryu, Enzo tahu bagaimana caranya untuk mewujudkan mimpi itu. Meski tidak mudah.
Pipi semangka. Robin. Juliet. Ian Quintus. Lirik lagu. Satu per satu mendorong Ryu dan Enzo kearah yang sama. Semuanya dilengkapi oleh ‘mantra’ yang diucapkan Ryu. Abrakadabra!

Ryu, Robin dan Enzo adalah teman masa kecil, tetangga dan sekaligus orang yang di sayangi Ryu, kecuali Enzo anak nakal yang bertampang jelek dengan gigi hitam dan bintik-bintik wajah yang sangat terlihat di wajahnya. Ryu menyukai Robin, anak laki-laki tampan yang selalu membela Ryu jika di goda Enzo. Anak laki-laki yang selalu menemani Ryu mengerjakan PR. Anak laki-laki yang berjanji akan menikahi Ryu di masa depan nanti. Saat semua mimpi itu sudah terjalin, Robin beserta keluarganya harus pindah ke inggris. Robin berjanji akan kembali ke Indonesia. Dan janji itulah yang Ryu pegang.

  
Ryu menunggu Robin hingga dua belas tahun. Menanti sosok tampan Robin kecil yang menjelma menjadi Robin dewasa yang sangat rupawan. Dipikirannya hanya ada Robin dan Robin, bahkan Ryu rela menukar masa remajanya yang indah demi menunggu dan menjaga kesetiaannya pada Robin. Saat Robin mengabarkan akan kembali ke Indonesia, Ryu sangat bahagia. Ryu sudah membayangkan hal-hal indah yang akan ia lakukan bersama Robin.

Harapan terlalu tinggi memang selalu menjatuhkan.

Itulah yang terjadi pada Ryu. Harapan yang ia tanam untuk Robin membuat Ryu kecewa setengah mati melihat sosok Robin yang jauh dari bayangannya.

Sebaliknya, dada Ryu berdebar kencang untuk Enzo. Anak laki-laki yang ia anggap paling jelek dan paling nakal di dunia ini. 

  

 

My Review

Sayang sekali aku harus memberikan 2 bintang untuk novel mba Indah ini. Tapi, sumpah ini adalah novel Mba Indah yang rada bikin aku kecewa. Sama kecewanya seperti Ryu melihat fisik Robin yang jauh dari harapannya.

Ceritanya sih tentang penantian Ryu, dan porsi tentang penantian ini cukup panjang. Hingga 100 halaman lebih masih membahas dan menggambarkan penantian Ryu pada Robin yang ia “cintai”. Juga kegilaan-kegilaan Ryu yang membela mati-matian Robin dan menolak semua cowok yang mencoba mendekati Ryu. Kalau aku simpulkan sih lebih ke sifat Ryu agak bodoh. Menanti yang nggak pasti. Tapi, itulah cinta. Kira-kira gitu lah gambaran yang aku tangkap dari penantian Ryu.

Nah ketika hari-hari yang dinanti tiba, Ryu kaget ketika melihat fisik Robin jauh sekali dari kata tampan. Ia kelebihan berat badan hingga bergerak aja susah, dan Enzo yang dulu jelek, berubah menjadi cowok super tampan.

Dan disinilah yang membuat aku  rada kecewa sama novel ini.

Cinta yang menggebu-gebu Ryu yang digambarkan mba Indah, runtuh seketika ketika Ryu melihat fisik Robin. Dan ketika Enzo mencoba mendekati Ryu, Ryu tidak menolak sama sekali. karena Enzo sudah tampan dan tidak senakal dulu lagi.

Udah tahu dimana kan bikin aku kecewa?

Yup, novel ini seolah menggambarkan bahwa hanya karena fisik, penantian, cinta, harapan dan mimpi seseorang bisa musnah begitu saja. Dan Ryu nggak ada berusaha untuk deketin Robin, atau berusaha menjalin interaksi dengan Robin, ia malah makin lengket dengan Enzo. Itu juga karena Enzo memang berniat deketin Ryu. Lagipula, siapa sih yang nggak klepek-klepek kalau cowok kayak Enzo deketin. Dan yah seperti yang aku duga, kisah ini berakhir dengan Enzo dan Ryu.

Trus Robin kemana? Tokoh yang selama ini selalu di sebut-sebut Ryu? Hilang ... porsinya mendadak lenyap gitu aja. Dan muncul kembali mendekati ending di saat-saat untuk membuat Enzo “panas” dan di sini baru dijelasin beberapa sifat buruk Robin, yang terkait suka dugem dan makan makanan tidak sehat. Menurut aku sih telat kalau diceritakan kejelekan Robin mendekati akhir. Karena itu, Ryu nggak ngerasa bersalah sama sekali udah menautkan hati sama Enzo yang menurut Ryu lebih bak dari Robin.

Yah ending nggak usah dibahas. Udah pasti kemana akhirnya. Dan menurut aku sih endingnya biasa aja. Hampir sama dengan novel mba Indah yang lainnya.

Secara keseluruhan, ini bukan novel favorit aku. Maaf ya Mba Indah harus jujur banget reviewnya, soalnya isi hati nggak bisa di bohongi. Tapi untuk bacaan ringan ala-ala remaja, novel ini tetap cocok di jadikan “santapan” karena tulisan mba Indah tetap asik banget buat dibaca, sayang aja kali ini eksekusinya kurang cocok sama aku.

Sampai jumpa di review selanjutnya 




Tulisan ini diikutsertakan dalam:


G+

0 komentar:

Posting Komentar

Berikan komentarmu disini

 
;