Jumat, 30 Desember 2016

[Review Buku] Ken Arok - Ken Dedes by Wawan Susetya


Ken Arok – Ken Dedes
by Wawan Susetya
Penerbit IRCiSoD
Editor: Abdul Azis Sukarno
Cetakan Pertama; November 2008; 388 halaman
Rate 3 of 5

Roman epik ini menghadirkan sepak terjang seorang tokoh sejarah yang sangat fenomenal di negeri ini, Ken Arok, pendiri Kerajaan Singasari. Dimulai dari kisah kelahirannya sebagai bayi buangan, lalu manapaki masa remaja sebagai anak angkat sebuah keluarga pencuri, lantas masa dewasa sebagai pemimpin komplotan bromocorah yang paling ditakuti di Tumapel, kemudian memasuki suatu masa di mana ia berhasil dekat dengan pusat kekuasaan sebagai kepala pengawal pribadi Akuwu Tunggul Ametung, hingga terbitlah segala gelora dan gelegar ambisi kekuasaan pada jiwanya yang sekaligus melejitkan figur-figur sejarah semacam Mpu Gandring, Tunggul Ametung, Anusapati, Tohjaya, Mahesa Wonga Teleng, Ranggawuni, Kertanegara, dan tentu saja pesona dan kharisma Ken Dedes sendiri.
Roman sejarah Ken Arok Ken Dedes ini dituturkan dengan sangat menyeluruh, melibatkan semua gejolak dan gelegarnya, termasuk pertumpahan darahnya. 
Ken Arok adalah seorang putra dari wanita bernama Ken Endok. Ayahnya tidak diketahui siapa, karena ibunya berselingkuh dibelakang suaminya yang bernama Gajah Para. Karena tidak ingin menanganggung malu, maka Ken Endok membuang Ken Arok di pemakaman umum. Ken Arok lalu ditemukan oleh seorang perampok yang sedang ingin menjarah rumah-rumah warga sekitar. Karena itu ia mengambil Ken Arok dan memeliharanya seperti anaknya sendiri.

Dari kecil, Ken Arok sudah terlihat berbeda. Meski ia tidak mendapat pendidikan khusus, ia pandai bergaul dan disukai banyak orang. Wajahnya yang tampan dan kecerdikan serta kepintarannya membuat ia terlihat bersinar di antara anak-anak sekitarnya. Sayangnya, Ken Arok sangat hobi berjudi. Hingga kedua orang tua angkatnya marah dan mengusir Ken Arok dari rumah. Karena tidak memiliki kemampuan apa-apa, Ken Arok meneruskan jejak ayahnya untuk mencuri. Dan petualangan Ken Arok pun di mulai ...
“Sesungguhnya seorang manusia tak akan bisa membawa angin perubahan terhadap keadilan dan kemakmuran rakyatnya tanpa diimbangi dengan kedalaman dan keluasan ilmu yang telah dikuasainya.” – Ken Arok : hal 116

Review
Baca buku ini ingetin sama buku sejarah zaman sekolah dulu. Sejarah yang bikin mata ngantuk apalagi kalau kena di jam terakhir. Ampun! Sumpah nyerah .... kayaknya para insomia bakal sembuh kalau didendangkan sejarah.

Tapi, hebatnya buku ini malah bikin aku nggak berhenti baca dan mengikuti sepak terjang Ken Arok yang terkenal. Cara nulisnya enak, jauh lebih enak daripada buku pelajaran namun inti dari sejarah itu tidak dihilangkan. Bahkan penulis membubuhkan catatan kaki di antara kalimat yang perlu diberi info tambahan. Misalnya aja, di halaman 13 disebutkan bagaimana bisa Ken Endok tidak terbuai oleh pria rupawan dari kerajaan, hingga ia hamil. Nah di catatan kakinya dituliskan ada dugaan kalau pria misterius itu adalah Akuwu Tunggul Ametung. Karena dihalaman selanjutnya memang ada pembahasan tentang Akuwu Tunggul Ametung yang seorang playboy dan suka memperdaya gadis-gadis di desa. Jujur aja, buku ini 3x lebih enak dibaca dan dipahami daripada buku sejarah. Bahkan aku yakin tanpa guru pembimbing pun kita bisa paham maksud buku ini.


Konflik
 Aku sedikit kecewa sama konflik yang dibangun dalam novel ini hingga akhir.

Aku suka banget, gimana Ken Arok bisa jatuh cinta sama Ken Dedes yang nyatanya dinikahi paksa oleh Akuwu Tunggul Ametung. Lalu gimana Ken Arok berusaha menunaikan amanah gurunya yang mengatakan takdir Ken Arok sebagai raja besar. Bahkan Ken Arok dengan segala kerendahan hatinya dan segala kebijakannya mampu mendapat posisi sebagai pengawal pribadi Akuwu Tunggul Ametung dan Ken Dedes. Dan makin sering bertemu, Ken Arok pun jatuh hati pada Ken Dedes. Saat Ken Arok mengetahui sejarah pernikahan Ken  Dedes dan Akuwu, Ken Arok murka dan ingin memusnahkan Akuwu serta merebut tahta dan Ken Dedes.

Konflik yang ini aku suka banget. Gimana Ken Arok berubah serakah, licik dan jahat hanya demi memuaskan ambisinya. Dan sumpah Empu Gandring yang terkenal itu (tau dong kan ya, sumpah yang keris akan mengambil tumbal sebanyak tujuh orang termasuk Ken Arok) menjadi bagian dari isi buku ini sampai habis.
“Tapi ingat, Ken Arok! Siapa pun orangnya yang memegang keris ini, termasuk dirimu, pasti ia akan terbunuh pula oleh keris ini seperti diriku. Ketahuilah, keris yang masih menyimpan hawa maut yang sangat ‘haus darah’ ini akan mengambil tujuh korban.” – Empu Gandring : hal 216
Tapi disitulah yang buat aku rada bosan.

Kan di cover dituliskan “Sebuah Roman Epik Cinta Penuh Darah” tapi bagian Ken Erok-Ken Dedes justru sedkit banggeeetttt. Ya termasuk sedikit banget. Karena masih jauh dari halaman terakhir, Ken Arok dan Ken Dedes udah hidup bahagia dan menghasilkan anak-anak yang mewariskan tahta kerjaan. Trus Ken Arok juga meninggal. Sesuai sumpah Empu Gandring, Ken Arok meninggal karena kerisnya sendiri.

Trus lanjutannya apa dong?

Kisah siapa-siapa aja korban keris tersebut dan kisah  bagaimana keturunan Ken Arok yang rebutan tahta dan balas dendam buat kematian ayah masing-masing. Sampai singasari runtuh karena ketidakbecusan cicit Ken Arok dalam memimpin.


Historical Fiction
 Aku berpendapat buku ini termasuk historical fiction, karena ditulis pada masa lampau, dimana waktu dan zaman berbeda dengan penulis atau pembaca.

Nah ketika baca “Sebuah Roman Epik Cinta Penuh Darah” di cover depan, aku sih ngeharapin penulis akan menambah bumbu roman fiksi antara Ken Arok – Ken Dedes, jadi kisah mereka berdua nggak cepat tamat dalam buku ini.

Aku jadi bertanya-tanya, apa buku ini bisa dikategorikan historical fiction? Dimana hampir semua isi buku ini sesuai buku sejarah jaman sekolah dulu. Maksud aku, nggak ada pengembangan fiksi di dalam novel ini. Semuanya berjalan sesuai urutan sejarah yang aku duga sudah diriset oleh Penulis.

Hal ini terbukti dari banyaknya catatan kaki di dalam novel ini. Dimana catatan kaki tersebut menjelaskan beberapa fakta yang ada.

Trus kalau misalnya ini bukan historical fiction, dikategorikan apa novel ini?

Aku mungkin akan cari tahu lebih dalam tentang historical fiction. Dan kalau teman-teman ada yang bisa bantu, tolong berikan pendapar di kolom komentar ya ^^


Secara keseluruhan aku suka buku ini. Suka banget malah. Cuma karena apa yang aku harapkan tidak ada (kisah cinta Ken Arok-Ken Dedes) jadinya rada kecewa sedikit. Soalnya tahu dong kisah dua tokoh ini terkenal banget. Meski kita nggak pernah tahu sejarah, pasti tau nama dua tokoh ini terkenal. Mungkin karena itu juga yang buat penilaian aku terhadap buku ini jadi biasa aja.

Sampai jumpa di review selanjutnya ^^
***
Tulisan ini dikutsertakan dalam:


G+

0 komentar:

Posting Komentar

Berikan komentarmu disini

 
;