Ken
Arok – Ken Dedes
by
Wawan Susetya
Penerbit
IRCiSoD
Editor:
Abdul Azis Sukarno
Cetakan
Pertama; November 2008; 388 halaman
Rate
3 of 5
Roman epik ini menghadirkan sepak terjang seorang tokoh sejarah yang sangat fenomenal di negeri ini, Ken Arok, pendiri Kerajaan Singasari. Dimulai dari kisah kelahirannya sebagai bayi buangan, lalu manapaki masa remaja sebagai anak angkat sebuah keluarga pencuri, lantas masa dewasa sebagai pemimpin komplotan bromocorah yang paling ditakuti di Tumapel, kemudian memasuki suatu masa di mana ia berhasil dekat dengan pusat kekuasaan sebagai kepala pengawal pribadi Akuwu Tunggul Ametung, hingga terbitlah segala gelora dan gelegar ambisi kekuasaan pada jiwanya yang sekaligus melejitkan figur-figur sejarah semacam Mpu Gandring, Tunggul Ametung, Anusapati, Tohjaya, Mahesa Wonga Teleng, Ranggawuni, Kertanegara, dan tentu saja pesona dan kharisma Ken Dedes sendiri.Roman sejarah Ken Arok Ken Dedes ini dituturkan dengan sangat menyeluruh, melibatkan semua gejolak dan gelegarnya, termasuk pertumpahan darahnya.
Ken Arok adalah
seorang putra dari wanita bernama Ken Endok. Ayahnya tidak diketahui siapa,
karena ibunya berselingkuh dibelakang suaminya yang bernama Gajah Para. Karena
tidak ingin menanganggung malu, maka Ken Endok membuang Ken Arok di pemakaman
umum. Ken Arok lalu ditemukan oleh seorang perampok yang sedang ingin menjarah
rumah-rumah warga sekitar. Karena itu ia mengambil Ken Arok dan memeliharanya
seperti anaknya sendiri.
Dari kecil, Ken
Arok sudah terlihat berbeda. Meski ia tidak mendapat pendidikan khusus, ia
pandai bergaul dan disukai banyak orang. Wajahnya yang tampan dan kecerdikan
serta kepintarannya membuat ia terlihat bersinar di antara anak-anak
sekitarnya. Sayangnya, Ken Arok sangat hobi berjudi. Hingga kedua orang tua
angkatnya marah dan mengusir Ken Arok dari rumah. Karena tidak memiliki
kemampuan apa-apa, Ken Arok meneruskan jejak ayahnya untuk mencuri. Dan
petualangan Ken Arok pun di mulai ...
“Sesungguhnya seorang manusia tak akan bisa membawa angin perubahan terhadap keadilan dan kemakmuran rakyatnya tanpa diimbangi dengan kedalaman dan keluasan ilmu yang telah dikuasainya.” – Ken Arok : hal 116
Review
Baca buku ini ingetin sama
buku sejarah zaman sekolah dulu. Sejarah yang bikin mata ngantuk apalagi kalau
kena di jam terakhir. Ampun! Sumpah nyerah .... kayaknya para insomia bakal
sembuh kalau didendangkan sejarah.
Tapi, hebatnya buku ini
malah bikin aku nggak berhenti baca dan mengikuti sepak terjang Ken Arok yang
terkenal. Cara nulisnya enak, jauh lebih enak daripada buku pelajaran namun
inti dari sejarah itu tidak dihilangkan. Bahkan penulis membubuhkan catatan
kaki di antara kalimat yang perlu diberi info tambahan. Misalnya aja, di
halaman 13 disebutkan bagaimana bisa Ken Endok tidak terbuai oleh pria rupawan
dari kerajaan, hingga ia hamil. Nah di catatan kakinya dituliskan ada dugaan
kalau pria misterius itu adalah Akuwu Tunggul Ametung. Karena dihalaman
selanjutnya memang ada pembahasan tentang Akuwu Tunggul Ametung yang seorang
playboy dan suka memperdaya gadis-gadis di desa. Jujur aja, buku ini 3x lebih
enak dibaca dan dipahami daripada buku sejarah. Bahkan aku yakin tanpa guru
pembimbing pun kita bisa paham maksud buku ini.
Konflik
Aku sedikit kecewa sama konflik yang dibangun
dalam novel ini hingga akhir.
Aku suka banget, gimana Ken
Arok bisa jatuh cinta sama Ken Dedes yang nyatanya dinikahi paksa oleh Akuwu
Tunggul Ametung. Lalu gimana Ken Arok berusaha menunaikan amanah gurunya yang
mengatakan takdir Ken Arok sebagai raja besar. Bahkan Ken Arok dengan segala
kerendahan hatinya dan segala kebijakannya mampu mendapat posisi sebagai
pengawal pribadi Akuwu Tunggul Ametung dan Ken Dedes. Dan makin sering bertemu,
Ken Arok pun jatuh hati pada Ken Dedes. Saat Ken Arok mengetahui sejarah
pernikahan Ken Dedes dan Akuwu, Ken Arok
murka dan ingin memusnahkan Akuwu serta merebut tahta dan Ken Dedes.
Konflik yang ini aku suka
banget. Gimana Ken Arok berubah serakah, licik dan jahat hanya demi memuaskan
ambisinya. Dan sumpah Empu Gandring yang terkenal itu (tau dong kan ya, sumpah
yang keris akan mengambil tumbal sebanyak tujuh orang termasuk Ken Arok) menjadi
bagian dari isi buku ini sampai habis.
“Tapi ingat, Ken Arok! Siapa pun
orangnya yang memegang keris ini, termasuk dirimu, pasti ia akan terbunuh pula
oleh keris ini seperti diriku. Ketahuilah, keris yang masih menyimpan hawa maut
yang sangat ‘haus darah’ ini akan mengambil tujuh korban.” – Empu Gandring :
hal 216
Tapi disitulah yang buat aku
rada bosan.
Kan di cover dituliskan
“Sebuah Roman Epik Cinta Penuh Darah” tapi bagian Ken Erok-Ken Dedes justru
sedkit banggeeetttt. Ya termasuk sedikit banget. Karena masih jauh dari halaman
terakhir, Ken Arok dan Ken Dedes udah hidup bahagia dan menghasilkan anak-anak
yang mewariskan tahta kerjaan. Trus Ken Arok juga meninggal. Sesuai sumpah Empu
Gandring, Ken Arok meninggal karena kerisnya sendiri.
Trus lanjutannya apa dong?
Kisah siapa-siapa aja korban
keris tersebut dan kisah bagaimana keturunan
Ken Arok yang rebutan tahta dan balas dendam buat kematian ayah masing-masing.
Sampai singasari runtuh karena ketidakbecusan cicit Ken Arok dalam memimpin.
Historical Fiction
Aku berpendapat buku ini termasuk historical
fiction, karena ditulis pada masa lampau, dimana waktu dan zaman berbeda dengan
penulis atau pembaca.
Nah ketika baca “Sebuah
Roman Epik Cinta Penuh Darah” di cover depan, aku sih ngeharapin penulis akan
menambah bumbu roman fiksi antara Ken Arok – Ken Dedes, jadi kisah mereka
berdua nggak cepat tamat dalam buku ini.
Aku jadi bertanya-tanya, apa
buku ini bisa dikategorikan historical fiction? Dimana hampir semua isi buku
ini sesuai buku sejarah jaman sekolah dulu. Maksud aku, nggak ada pengembangan
fiksi di dalam novel ini. Semuanya berjalan sesuai urutan sejarah yang aku duga
sudah diriset oleh Penulis.
Hal ini terbukti dari
banyaknya catatan kaki di dalam novel ini. Dimana catatan kaki tersebut
menjelaskan beberapa fakta yang ada.
Trus kalau misalnya ini
bukan historical fiction, dikategorikan apa novel ini?
Aku mungkin akan cari tahu
lebih dalam tentang historical fiction. Dan kalau teman-teman ada yang bisa
bantu, tolong berikan pendapar di kolom komentar ya ^^
Secara keseluruhan aku suka
buku ini. Suka banget malah. Cuma karena apa yang aku harapkan tidak ada (kisah
cinta Ken Arok-Ken Dedes) jadinya rada kecewa sedikit. Soalnya tahu dong kisah
dua tokoh ini terkenal banget. Meski kita nggak pernah tahu sejarah, pasti tau nama
dua tokoh ini terkenal. Mungkin karena itu juga yang buat penilaian aku
terhadap buku ini jadi biasa aja.
Sampai jumpa di review
selanjutnya ^^
***
Tulisan ini dikutsertakan
dalam:
0 komentar:
Posting Komentar
Berikan komentarmu disini