Judul
Asli: The ABC Murders
Copyright
© 1936 Agatha Christie
Penerbit PT Gramedia Pustaka
Utama
Alih Bahasa: Luci Dokubani
Cetakan ke-08; Agustus 2012; 344
Hlm
Desain cover by Staven Andersen
Rate 5 of 5
A berarti Andover dan Mrs. Ascher
dipukul sampai mati. B berarti Bexhill dan Betty Barnard mati dicekik. C
berarti Churston dan Sir Carmichael Clark ditemukan terbunuh. Di smaping tubuh
masing-masing korban diletakan buku Panduan Kereta Api ABC, terbuka pada
halaman yang menunjukan tempat pembunuhan. Polisi tak berdaya. Tapi si Pembunuh
telah membuat kesalahan besar. Dia berani menantang Hercule Poirot untuk
membuka kedoknya...
Cerita ini
berawal dari surat tantangan yang di tujukan pada Poirot dari seseorang yang
menamakan dirinya ABC. Dalam surat pertamanya itu, ia memberikan pentujuk akan
terjadi sesuatu di Andover pada tanggal 21 Juni. Poirot menanggapi dengan
serius surat tersebut, dan surat itu berhasil membuatnya gelisah. Berbeda
dengan Hasting ataupun Inspektur Japp yang menganggap bahwa itu hanyalah ulah
orang mabuk yang iseng belaka.
Insting Poirot
memang tidak bisa di abaikan. Tanggal 22 di temukan mayat wanita tua bernama
Ascher di kota Andover. Ia di temukan tewas di toko kecilnya. Ada sebuah buku
panduan kereta api ABC di samping mayat. Penyebab kematiaannya akibat pukulan
benda keras di bagian belakang kepalanya. Perkiraan kematiannya berkisar sore
hari pada hari sebelumnya, yaitu tanggal 21. Franz Ascher, suami korban menjadi
tersangka utama pembunuhan atas istrinya.
Surat kedua
datang. Kali ini Pembunuh ABC menargetkan seseorang yang berada di pantai
Bexhill pada tanggal 25 juli. Korban kali ini adalah seorang gadis muda bernama
Elizabeth Barnard, pelayan restoran salah satu kafetaria. Sama seperti kasus
sebelumnya buku panduan kereta api ABC di temukan di bawah tubuh korban.
Penyebab kematian dicekik dengan ikat pinggangnya sendiri, terbuat dari bahan
rajutan yang kuat dan lebar. Dalam kasus kedua ini tidak ada sesuatu yang dapat
membantu penyelidikan Poirot. Megan -saudara kandung Betty- memberikan
kesaksian bahwa Betty tipe gadis yang gampang sekali di rayu. Walaupun ia sudah
memiliki kekasih yang setia, tidak mengubah sifat Betty untuk menghargai
kekasihnya. Donald Fraser -kekasih Betty- juga seorang percemburu, sering
bertengkar hebat dengan Betty. Bahkan sekali waktu, Megan pernah mendengar
ancaman dari Donald.
Surat ketiga
tiba. Kali ini petunjuk Churston pada tanggal 30. Korban kali ini bernama Sir
Carmichael Clarke. Seseorang yang memiliki pengaruh pada zamannya ia seorang
dokter specialis tenggorokan yang punya nama. Ia memiliki kebiasan jalan-jalan
setelah makan malam. Target yang cocok untuk pembunuhan. Franklin Clarke
saudara laki-laki mendiang. Setidaknya ia lebih pantas di jadikan tersangka
dikarenakan harta saudaranya jatuh ke tangannya.
Tiga kasus
pembunuhan dan tiga tersangka yang punya motif untuk kematian korban-korbannya.
Tidak ada persamaan atau sesuatu yang dapat di kaitkan di antara ketiganya.
Walaupun sudah tiga korban yang jatuh, tapi Poirot belum memiliki petunjuk sedikitpun
kecuali buku Panduan Kereta Api ABC yang selalu di temukan terbuka sesuai
dengan nama kota yang menjadi TKP.
Kasus ini di
persulit dengan motif. Ketiga tersangka sebenarnya memiliki motif untuk
membunuh korbannya, tapi seperti kata Poirot ketiga tersangka itu berhasil
lolos dari jerat hukum di karenakan surat kaleng yang di kirimkan ABC.
Surat keempat
tiba ke tempat tinggal Poirot. Kali ini petunjuknya adalah Doncaster pada
tanggal 11 september. Dan sialnya hari Naas itu bertepatan dengan hari olahraga
pacuan kuda. Mereka menduga, target selanjutnya akan berada di antara kerumunan
para pencinta olahraga tersebut. Membuat situasi makin sulit.
Berkat
keterangan Ms. Grey mengenai seorang veteran perang yang menjual stocking
padanya membuat ingatan Poirot terbentuk. Ketiga kasus tersebut sama-sama di
mulai dengan stocking. Kedengarannya memang sangat aneh, tapi itu mungkin saja
benar-benar terjadi.
Pada hari H
yang di penuhi ketegangan, poirot beserta 'pasukan kecil'nya sudah menunggu di
gelanggang pacuan kuda. Segala persiapan dari pihak kepolisian pun sudah
memenuhi tempat itu, dan mereka tetap menjaga ketenangan di pacuan tersebut.
Poirot lengah.
Pacuan kuda hanya umpan yang di berikan ABC kepadanya. Karena pembunuhan yang
sebenarnya terjadi di bioskop Doncaster. Seorang pria tewas di tikam pada
tengkuknya saat film sedang berlangsung. Tapi ada yang aneh dengan pemilihan
korban keempat. Namanya adalah Earlsfield George. Pertanyaan timbul di benak
Poirot, apa dia melewatkan satu harus atau memang ABC melakukan kesalahan kali
ini?
Di tengah
kemelut ini, ada tokoh yang sangat mencurigakan Mr. Alexander Bonaparte Cust.
Ia seorang mantan tentara yang terlibat perang, dan perang juga lah yang
mengguncang pribadi Mr. Cust. Kepalanya terus saja sakit dan kadang-kadang suka
melupakan apa yang telah ia lakukan. Dan ia menyerahkan dirinya sendiri karena
telah mengaku (setidaknya begitu yang ia pikirkan) melakukan pembunuhan.
Suatu hari ia
menyerahkan diri ke kantor polisi dengan keadaan linglung. Bukti-bukti yang di
temukan di rumahnya tidak dapat terbantahkan bahwa ia memanglah pembunuh ABC.
Kertas kualitas baik, buku panduan kereta api ABC yang masih baru dan di
temukan belati berlumur darah kering yang di gunakan untuk menikam korban
keempatnya.
Semuanya
menjadi begitu runyam saat Mr. Cust memiliki alibi yang kuat saat terjadi
pembunuhan kedua di pantai Bexhill. Tapi disisi lain Mr. Cust merasa telah
membunuh, tapi disisi lain ia menyangkalnya. Maka dari itu Poirott belum
berhenti. Walaupun polisi sudah menyodorkan pelaku dan bukti-bukti di
hadapannya, tapi Poirot tahu bahwa pelaku sebenarnya masih berkeliaran di luat
menunggu kambing hitamnya di korbankan di tiang gantungan.
***
UNIK ...
Satu kata yang
terlintas di kepalaku saat menyelesaikan membaca novel ini. Agatha Christie
memang sudah dikenal di antara pecinta novel misteri, tapi kemampuan Agatha
dalam menguak fakta suatu kasus tetap saja mengejutkan.
Novel ini gak
hanya mengejutkan, tapi mampu membius aku hingga sulit berhenti ditengah jalan.
Padahal dokter udah melarang aku membaca terlalu lama. Soalnya dua hari
sebelumnya aku di diagnosa mata kelelahan dan wajib mengurangi jatah bacaan
aku. Tapi entahnya aku yang bandel atau Agatha yang memang seorang penyihir
mampu membuat aku mengabaikan nasehat dokter hehe.
Seperti yang
aku bahas sebelumnya. Kasus kali ini memang unik dan tidak pernah aku baca
kasus yang hampir mirip atau menyerupai seperti ini. Bahkan Aoyama Gosho,
pencipta Detektif Conan, pun mengambil
Kasus Pembunuhan ABC ini sebagai bahan dalam komiknya pada vol. 39. Sedikit aku
ulas kasusnya bercerita tentang pembakaran acak di
blok 1, blok 2 dan blok 3. Tapi hanya di blok ke 3 jatuh korban dan di setiap
Tempat Kejadian Pekara (TKP) ditinggalkannya patung kuda yang bewarna merah.
Dan novel karya Agatha Christie ini menjadi kunci pemecahan kasus di komik
Detektif Conan.
Sudut
pandang di novel ini tidak biasa juga. Ih daritadi banyak banget “gak biasanya”
hehe ... soalnya dari semua novel Agatha yang aku baca, novel ini memang tidak
biasa. Back to topic. Biasanya sudut pandang di seri Detektif Hercule Poirot,
Agatha selalu memakai sudut pandang Hasting, sahabat karib Poirot. Tapi di
novel ini, Agatha membawa kita untuk memandang dari dua sudut pandang, yaitu
Hasting (seperti biasa) dan sudut pandang Mr. Mr. Alexander Bonaparte Cust yang di sela-sela kegiatannya dia merasa kehilangan
ingatan untuk beberapa saat.
Menurut aku novel ini perfect banget. Mulai dari alur
ceritanya yang stabil tapi melonjak di bagian-bagian yang tidak terduga.
Membuat jantung ikut dag dig dug bacanya. Aku sempat berpikir curiga pada
kemekanan Sir Carmichael Clark, Yaitu Franklin Clark karena yang paling masuk
akal itu dia. Tapi kasus ke empat, pembunuhan di bioskop menjadi teka-teki yang
berlapis-lapis. Dan saat Mr. Alexander
Bonaparte Cust ditangkap aku merasa kecewa sekaligus sedih. Di bagian ini
Agatha memainkan perasaan kita terhadap orang tua yang tidak berdaya dan semua
bukti pembunuhan mengarah padanya. Sedikit galau, antara senang pembunuhnya
ketangkap tapi mengetahui fakta tentang Mr. Alexander Bonaparte Cust membuat
aku tidak rela dia di bawa ketiang gantungan.
Sekali lagi Agatha membawa kita menuju pelaku sebenarnya. Dengan sedikit
kecerobohan pelaku, Hercule Poirot mampu menebak apa dan siapa serta bagaimana
pelaku membunuh dan memanfaatkan Mr. Alexander Bonaparte Cust.
Poirot akui, pelaku kali ini cerdik. Tapi tidak ada yang secerdik sel-sel
kelabu Mr. Poirot hehe ....
Selamat Membaca
Agen Terpercaya
BalasHapusSitus Slot Terpercaya
Freechip tanpa deposit