Kamis, 29 November 2012

[Review Buku] The ABC Murders by Agatha Christie


 
Judul Asli: The ABC Murders
Copyright © 1936 Agatha Christie
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa: Luci Dokubani
Cetakan ke-08; Agustus 2012; 344 Hlm
Desain cover by Staven Andersen
Rate 5 of 5


A berarti Andover dan Mrs. Ascher dipukul sampai mati. B berarti Bexhill dan Betty Barnard mati dicekik. C berarti Churston dan Sir Carmichael Clark ditemukan terbunuh. Di smaping tubuh masing-masing korban diletakan buku Panduan Kereta Api ABC, terbuka pada halaman yang menunjukan tempat pembunuhan. Polisi tak berdaya. Tapi si Pembunuh telah membuat kesalahan besar. Dia berani menantang Hercule Poirot untuk membuka kedoknya...


Cerita ini berawal dari surat tantangan yang di tujukan pada Poirot dari seseorang yang menamakan dirinya ABC. Dalam surat pertamanya itu, ia memberikan pentujuk akan terjadi sesuatu di Andover pada tanggal 21 Juni. Poirot menanggapi dengan serius surat tersebut, dan surat itu berhasil membuatnya gelisah. Berbeda dengan Hasting ataupun Inspektur Japp yang menganggap bahwa itu hanyalah ulah orang mabuk yang iseng belaka.


Insting Poirot memang tidak bisa di abaikan. Tanggal 22 di temukan mayat wanita tua bernama Ascher di kota Andover. Ia di temukan tewas di toko kecilnya. Ada sebuah buku panduan kereta api ABC di samping mayat. Penyebab kematiaannya akibat pukulan benda keras di bagian belakang kepalanya. Perkiraan kematiannya berkisar sore hari pada hari sebelumnya, yaitu tanggal 21. Franz Ascher, suami korban menjadi tersangka utama pembunuhan atas istrinya.



Surat kedua datang. Kali ini Pembunuh ABC menargetkan seseorang yang berada di pantai Bexhill pada tanggal 25 juli. Korban kali ini adalah seorang gadis muda bernama Elizabeth Barnard, pelayan restoran salah satu kafetaria. Sama seperti kasus sebelumnya buku panduan kereta api ABC di temukan di bawah tubuh korban. Penyebab kematian dicekik dengan ikat pinggangnya sendiri, terbuat dari bahan rajutan yang kuat dan lebar. Dalam kasus kedua ini tidak ada sesuatu yang dapat membantu penyelidikan Poirot. Megan -saudara kandung Betty- memberikan kesaksian bahwa Betty tipe gadis yang gampang sekali di rayu. Walaupun ia sudah memiliki kekasih yang setia, tidak mengubah sifat Betty untuk menghargai kekasihnya. Donald Fraser -kekasih Betty- juga seorang percemburu, sering bertengkar hebat dengan Betty. Bahkan sekali waktu, Megan pernah mendengar ancaman dari Donald.


Surat ketiga tiba. Kali ini petunjuk Churston pada tanggal 30. Korban kali ini bernama Sir Carmichael Clarke. Seseorang yang memiliki pengaruh pada zamannya ia seorang dokter specialis tenggorokan yang punya nama. Ia memiliki kebiasan jalan-jalan setelah makan malam. Target yang cocok untuk pembunuhan. Franklin Clarke saudara laki-laki mendiang. Setidaknya ia lebih pantas di jadikan tersangka dikarenakan harta saudaranya jatuh ke tangannya.


Tiga kasus pembunuhan dan tiga tersangka yang punya motif untuk kematian korban-korbannya. Tidak ada persamaan atau sesuatu yang dapat di kaitkan di antara ketiganya. Walaupun sudah tiga korban yang jatuh, tapi Poirot belum memiliki petunjuk sedikitpun kecuali buku Panduan Kereta Api ABC yang selalu di temukan terbuka sesuai dengan nama kota yang menjadi TKP.


Kasus ini di persulit dengan motif. Ketiga tersangka sebenarnya memiliki motif untuk membunuh korbannya, tapi seperti kata Poirot ketiga tersangka itu berhasil lolos dari jerat hukum di karenakan surat kaleng yang di kirimkan ABC.


Surat keempat tiba ke tempat tinggal Poirot. Kali ini petunjuknya adalah Doncaster pada tanggal 11 september. Dan sialnya hari Naas itu bertepatan dengan hari olahraga pacuan kuda. Mereka menduga, target selanjutnya akan berada di antara kerumunan para pencinta olahraga tersebut. Membuat situasi makin sulit.


Berkat keterangan Ms. Grey mengenai seorang veteran perang yang menjual stocking padanya membuat ingatan Poirot terbentuk. Ketiga kasus tersebut sama-sama di mulai dengan stocking. Kedengarannya memang sangat aneh, tapi itu mungkin saja benar-benar terjadi.


Pada hari H yang di penuhi ketegangan, poirot beserta 'pasukan kecil'nya sudah menunggu di gelanggang pacuan kuda. Segala persiapan dari pihak kepolisian pun sudah memenuhi tempat itu, dan mereka tetap menjaga ketenangan di pacuan tersebut.


Poirot lengah. Pacuan kuda hanya umpan yang di berikan ABC kepadanya. Karena pembunuhan yang sebenarnya terjadi di bioskop Doncaster. Seorang pria tewas di tikam pada tengkuknya saat film sedang berlangsung. Tapi ada yang aneh dengan pemilihan korban keempat. Namanya adalah Earlsfield George. Pertanyaan timbul di benak Poirot, apa dia melewatkan satu harus atau memang ABC melakukan kesalahan kali ini?


Di tengah kemelut ini, ada tokoh yang sangat mencurigakan Mr. Alexander Bonaparte Cust. Ia seorang mantan tentara yang terlibat perang, dan perang juga lah yang mengguncang pribadi Mr. Cust. Kepalanya terus saja sakit dan kadang-kadang suka melupakan apa yang telah ia lakukan. Dan ia menyerahkan dirinya sendiri karena telah mengaku (setidaknya begitu yang ia pikirkan) melakukan pembunuhan.


Suatu hari ia menyerahkan diri ke kantor polisi dengan keadaan linglung. Bukti-bukti yang di temukan di rumahnya tidak dapat terbantahkan bahwa ia memanglah pembunuh ABC. Kertas kualitas baik, buku panduan kereta api ABC yang masih baru dan di temukan belati berlumur darah kering yang di gunakan untuk menikam korban keempatnya.


Semuanya menjadi begitu runyam saat Mr. Cust memiliki alibi yang kuat saat terjadi pembunuhan kedua di pantai Bexhill. Tapi disisi lain Mr. Cust merasa telah membunuh, tapi disisi lain ia menyangkalnya. Maka dari itu Poirott belum berhenti. Walaupun polisi sudah menyodorkan pelaku dan bukti-bukti di hadapannya, tapi Poirot tahu bahwa pelaku sebenarnya masih berkeliaran di luat menunggu kambing hitamnya di korbankan di tiang gantungan.


***

UNIK ...


Satu kata yang terlintas di kepalaku saat menyelesaikan membaca novel ini. Agatha Christie memang sudah dikenal di antara pecinta novel misteri, tapi kemampuan Agatha dalam menguak fakta suatu kasus tetap saja mengejutkan.


Novel ini gak hanya mengejutkan, tapi mampu membius aku hingga sulit berhenti ditengah jalan. Padahal dokter udah melarang aku membaca terlalu lama. Soalnya dua hari sebelumnya aku di diagnosa mata kelelahan dan wajib mengurangi jatah bacaan aku. Tapi entahnya aku yang bandel atau Agatha yang memang seorang penyihir mampu membuat aku mengabaikan nasehat dokter hehe.


Seperti yang aku bahas sebelumnya. Kasus kali ini memang unik dan tidak pernah aku baca kasus yang hampir mirip atau menyerupai seperti ini. Bahkan Aoyama Gosho, pencipta Detektif Conan,  pun mengambil Kasus Pembunuhan ABC ini sebagai bahan dalam komiknya pada vol. 39. Sedikit aku ulas kasusnya bercerita tentang pembakaran acak di blok 1, blok 2 dan blok 3. Tapi hanya di blok ke 3 jatuh korban dan di setiap Tempat Kejadian Pekara (TKP) ditinggalkannya patung kuda yang bewarna merah. Dan novel karya Agatha Christie ini menjadi kunci pemecahan kasus di komik Detektif Conan.


Sudut pandang di novel ini tidak biasa juga. Ih daritadi banyak banget “gak biasanya” hehe ... soalnya dari semua novel Agatha yang aku baca, novel ini memang tidak biasa. Back to topic. Biasanya sudut pandang di seri Detektif Hercule Poirot, Agatha selalu memakai sudut pandang Hasting, sahabat karib Poirot. Tapi di novel ini, Agatha membawa kita untuk memandang dari dua sudut pandang, yaitu Hasting (seperti biasa) dan sudut pandang Mr. Mr. Alexander Bonaparte Cust yang di sela-sela kegiatannya dia merasa kehilangan ingatan untuk beberapa saat.


Menurut aku novel ini perfect banget. Mulai dari alur ceritanya yang stabil tapi melonjak di bagian-bagian yang tidak terduga. Membuat jantung ikut dag dig dug bacanya. Aku sempat berpikir curiga pada kemekanan Sir Carmichael Clark, Yaitu Franklin Clark karena yang paling masuk akal itu dia. Tapi kasus ke empat, pembunuhan di bioskop menjadi teka-teki yang berlapis-lapis. Dan saat Mr. Alexander Bonaparte Cust ditangkap aku merasa kecewa sekaligus sedih. Di bagian ini Agatha memainkan perasaan kita terhadap orang tua yang tidak berdaya dan semua bukti pembunuhan mengarah padanya. Sedikit galau, antara senang pembunuhnya ketangkap tapi mengetahui fakta tentang Mr. Alexander Bonaparte Cust membuat aku tidak rela dia di bawa ketiang gantungan.

Sekali lagi Agatha membawa kita menuju pelaku sebenarnya. Dengan sedikit kecerobohan pelaku, Hercule Poirot mampu menebak apa dan siapa serta bagaimana pelaku membunuh dan memanfaatkan Mr. Alexander Bonaparte Cust.

Poirot akui, pelaku kali ini cerdik. Tapi tidak ada yang secerdik sel-sel kelabu Mr. Poirot hehe ....



Selamat Membaca

G+

1 komentar:

Berikan komentarmu disini

 
;